Minggu, 19 Juni 2011

Pengertian Haji


1.Bahasa : Menuju ketempat berulang kali atau menuju ke sesuatu yang dibesarkan atau dimulakan.

Diartikan demikian, karena kaum muslimin mengunjungi Baitullah berkali-kali (pada tiap tahunnya), sehingga ibadah itu dinamakan haji. Atau merupakan yang dimuliakan, sehingga mengunjunginya dinamakan haji.(As-Siddiqi, 1978:16)

2. Istilah/ Syara’: “Bepergian atau kedatangan menuju ke Mekkah pada bulan-bulan
tertentu untuk melaksanakan bentuk bentuk ibadah tertentu karena Allah.”

Berpergian untuk beribadah telah dikenal umat-umat terdahulu, khususnya di Dunia Timur yang kesemuanya bertujuan untuk pensucian jasmani dan rohani yang dimotivasi oleh hasrat, untuk mendapat berkat dengan menghadiri upacara yang dipimpin oleh pemuka agama dan berkorban untuk dianugrahkan pada para pemimpin tersebut. Tetepi Haji dalam Islam tidak dibutuhkan keterlibatan pemuka agama, dan tidak dibutuhkan pengorbanan untuk kepentingan pemuka agama.



Pengertian Umroh

1. Bahasa : ziarah atau mengunjungi
2. Istilah : menziarahi ka’bah, berthawaf di sekeliling ka’bah, berSa’I antara Sofa dan Marwa, serta bercukur atau memotong rambut.

Perbedaan

Kendati sama-sama mengunjungi baitullah (Ka’bah), namun untuk haji, waktu mengunjungiya telah diatur pada bulan2 tertentu, sementara untuk umroh waktunya boleh diluar bulan2 haji maupun didalam bulan2 tersebut.


Macam- macam Haji, Umroh, dan Ketentuan Hukumnya.

1. Secara Ifrad

Maksudnya adalah menunaikan haji dengan cara mendahulukan haji daripada umroh. Orang yang berhaji secara ifrad, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai segala amalan hajinya, sesudah itu, barulah mengerjakan umroh jika ia kehendaki.

2. Secara Qiran

Maksudnya adalah mengerjakan haji dan umroh bersamaan, Karenanya haji dan umroh dikumpulkan dengan satu ihram. Orang yang berhaji secara Qiran, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai seluruh amalan haji dan umrohnya.

3. Secara Tammatu’

Maksudnya adalah mengerjakan haji dengan mendahulukan umroh terlebih dahulu. Artinya setelah selesai umroh, barulah mengerjakan haji.

Ketiga macam cara melaksanakan haji dan umroh tersebut semuanya dibenarkan oleh syara’.

Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:
“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:

ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra

أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :
“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)
”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.

C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
1. Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
2. Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
3. Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
a. Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
b. Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
c. Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
a. Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsure keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
b. Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun.
c. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
a. Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
b. Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
c. Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
d. Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
4. Bersandar pada diri sendiri
a. Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
b. Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
c. Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
d. Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
e. Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
f. Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
g. Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “

“5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
5. Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
6. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “

“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
7. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.

8. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
9. Rasa cinta
10. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
11. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
12. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.

PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT AL-QUR’AN ( SURAT AN-NUR AYAT 31 DAN SURAT AL-AHZAB AYAT 59)

Pendidikan akhlak menurut al-Qur’an adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman akhlak mulia yang merupakan cermin kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perubahan yang direalisasikan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup yang meliputi : tingkah laku yang baik, cara berfikir yang baik dan bersikap baik yang dapat menjadikan manusia sempurna. Akhlak yang mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Perbuatan mulia yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan adalah akhlak yang baik (akhlakul mahmudah). Kebaikan yang tersembunyi dalam jiwa atau dididik dengan pendidikan yang buruk sehingga kejelekan jadi kegemarannya, kebaikan menjadi kebenciannya dan perkataan serta perbuatan tercela mengalir tanpa rasa terpaksa. Maka yang demikian disebut akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah). Al-qur’an menjadi penyeru kepada pendidikan akhlak yang baik, mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya dalam jiwa mereka dan yang menilai keimanan seseorang dengan kemuliaan akhlaknya. Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut al-Qur’an adalah terwujudnya manusia yang memiliki pemahaman terhadap pendidikan akhlak baik dan buruk yang tercermin dalam prilaku negatif, efektif dan psikomotorik secara terpadu sehingga terwujud manusia yang memiliki kesempurnaan akhlak sebagaimana yang digambarkan oleh Allah menurut al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga terwujudlah keselamatan di dunia dan akherat. Pendidikan akhlak menurut al-Qur’an meliputi akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya, akhlak terhadap manusia, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan akhlak terhadap alam sekitar kita. Metode yang digunakan pembahasan pendidikan akhlak dalam skripsi ini adalah pendidikan akhlak secara langsung dengan cara memberi petunjuk, bimbingan, tuntunan nasehat, motipasi, pengarahan, memberikan suritauladan yang baik. Dan secara tidak langsung dengan jalan sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang memberikan nasehat berharga. Serta mengambil manfaat dari kecendrungan dan pembawaan dalam rangka pendidikan akhlak yang memiliki kesenangan meniru ucapan, perbuatan, gerak-gerik orang yang berhubungan. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library reseach) dengan cara mencari,mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Hasil penelitian pendidikan akhlak menurut al-Qur’an surat an-nur ayat 31 dan surat al-ahzab ayat 59 diharapkan dapat dikembngkan dan diamalkan baik secara teoritis/praktis yakni memberikan hasanah pemikiran atau wawasan bagi ilmu pendidikan Islam pada umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya terutama mengenai konsep pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam surat an-Nur ayat 31 dan al-Ahzab ayat 59. Dan berusaha mensosialisasikan pendidikan akhlak di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga sesuai dengan ajaran Agama Islam. Pendidikan akhlak menurut Qur,an surat an-Nur ayat 31 dan surat al-Ahzab ayat 59 mengenai pendidikan akhlak dalam bergaul, berpakaian dan berhias bagi wanita diantaranya adalah: • Anjuran untuk menahan pandangan dari perkara yang diharamkan Allah untuk melihatnya. • Anjuran untuk memelihara kemaluan. • Anjuran bagi wanita beriman untuk tidak menampakkan perhiasannya kecuali yang tampak darinya. • Anjuran untuk wanita beriman janganlah memukulkan kakinya supaya tidak diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. • Anjuran bertaubat bagi orang-orang yang beriman baik wanita maupun laki-laki supaya beruntung. • Anjuran bagi wanita beriman hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka jika mereka hendak keluar rumah untuk suatu kepentingan.
http://www.blogger.com/profile/17818300201291270460

Rabu, 08 Juni 2011

Gun Cursor - 123 Cursors

Gun Cursor - 123 Cursors

MORAL DAN AGAMA REMAJA,MAKALAH TENTANG MORAL DAN AGAMA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapam social tanpa terus dibimbing,diawasi didororng dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah "Perkembangan Moral dan Keagamaan Remaja" dapat dirumuskan sebagai berikut:
1). Bagaimana perkembangan moral remaja?
2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
3). Bagaimana pula perkembangan keagamaan remaja?
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dengan pendekatan Metode Library Research (kepustakaan) yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
D. Sistematika pembahasan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu pertama pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, proses pemecahan masalah dan sistematika pembahasan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Moral Remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1). Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
2). Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominant.
3). Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4). Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5). Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1). Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2). Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3). Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu topic tertua yang menarik minat mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek social yang berisikan system nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral sesorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawabdari perbuatan-perbuatannya.
B. Perkembangan Keagamaan Remaja.
Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia.
Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya.
Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard dan Boll, 1943).
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bias memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.
Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang agama.
Apa yang dikemukakan tentang perkembangan dalam masa remaja ini hanya merupakan cirri-ciri pokoknya saja.
James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks pranikah.
Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadat keagamaan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan dengan membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami perkembangan.
Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
1). Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai berikut:
a) Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain.
c) Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic(diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2). Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikyut ini:
a) Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa.
b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
c) Penghayatan rohaniahnya kembali tenanh setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.
Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3). Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Ani, 2006, Psikologi Perkembangan, Ciputat : Press Group
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
Fatimah Enung, 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung : Pustaka Setia
Hamalik Oemar, 1995. Psikologi Remaja (dimensi-dimensi perkembangan), Bandung: Maju Mundur
Hartati Netty, 2004. Islam dan Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hurlock, Elizabeth B. 1980, Psikoilogi Perkembangan, New York: McGraw-Hill, Inc.
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
Panuju, Panut, 1999, Psikologi Remaja, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya
Santrock, John W., 1996, Adolescence (Perkembangan Remaja), The University of at Dallas: Times Mirror higher Education
Santrock, John W, 1983, Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup), University of Texas at Dallas: Brown and Bench-mark
Yusuf, Syamsu, 2007, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen dalam pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar mengajar termasuk penguasaan materi selalu akan berorientasi kepada tujuan pembelajaran. Apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak, baru akan terjawab setelah diadakan evaluasi dengan persyaratan memperhatikan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran.
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh evaluator terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Alat yang digunakan sebagai sarana untuk menentukan nilai adalah tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari pola penilaian hasil belajar yang telah ditentukan sesuai standar kurikulum yang berlaku.
Soal dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila mempunyai validitas, reliabilitas, dan daya beda yang tinggi, serta tingkat kesukaran yang sedang, dan yang tidak kalah pentingnya, soal tersebut dapat mengukur kompetensi yang diharapkan tercapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kualitas butir soal bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diujikan kepada siswa kelas VII SMP Negeri Jatinangor apabila ditinjau dari analisis validitas , analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya?
2. Apakah butir soal bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diujikan kepada siswa kelas VII SMP Negeri Jatinangor tersebut dapat mengukur ketercapaian setiap kompetensi yang diharapkan tercapai?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kualitas butir soal uji coba bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Jatinangor apabila ditinjau dari analisis validitas , analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.
2. Mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi yang diharapkan tercapai melalui soal bidang studi Pendidikan Agama Islam yang diberikan kelas VII SMP Negeri Jatinangor.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan
Secara harafiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan (educational evaluation) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan (Sudijono, 2007: 1). Evaluasi merupakan suatu kegiatan membandingkan
objek yang dinilai dengan standar tertentu.
Arikunto (2007: 3) mendefinisikan evaluasi dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yaitu mengukur dan menilai. Dengan demikian evaluasi adalah menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).
Mengenai evaluasi pendidikan, Arikunto (2002: 3) mengutip pendapat dari Ralph Tyler (1950) mengatakan bahwa: “Evaluasi pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya”. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut bukan hanya mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi juga digunakan untuk membuat keputusan.
Dari definisi-definisi tentang evaluasi pendidikan di atas dapat dipahami bahwa evaluasi pendidikan selain merupakan suatu proses untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai, juga berguna untuk membuat keputusan dalam dunia pendidikan.

B. Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa yang diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Menurut Purwanto (2004:23), prinsip-prinsip dasar tersebut adalah:
1. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Jika tujuan tidak jelas, maka penilaian terhadap hasil belajar pun tidak akan terarah sehingga akhirnya hasil penilaian tidak mencerminkan isi pengetahuan atau keterampilan siswa yang sebenarnya. Dengan kata lain, hasil penilaian menjadi tidak valid, yaitu tidak mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Oleh karena itu, untuk dapat menyusun tes yang baik, setiap guru harus dapat merumuskan kompetensi dasar dengan jelas, terutama indikatornya sehingga memudahkan baginya dalam menyusun soal-soal tes yang relevan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskannya.
2. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. Tes yang kita susun haruslah mencakup soal-soal yang dianggap dapat mewakili seluruh performance hasil belajar siswa, sesuai dengan kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Untuk dapat menyusun soalsoal tes yang benar-benar merupakan sampel yang representatif dalam mengukur hasil belajar siswa, guru hendaknya terlebih dahulu menyusun table spesifikasi atau kisi-kisi yang memuat standar kompetensi atan kompetensi dasar dari bahan pelajaran yang telah diajarkan dan penentuan jumlah serta jenis soal yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dari setiap standar kompetensi yang bersangkutan.
3. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan. Kita telah mempelajari bahwa tujuan pengajaran itu bermacam-macam menurut jenis dan tingkat kesukarannya. Hasil belajar dari tiap-tiap topik bahan pelajaran tidak selalu sama. Setiap jenis alat evaluasi dan setiap macam bentuk soal hanya cocok untuk mengukur suatu jenis kemampuan tertentu. Oleh karena itu, penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis kemampuan hasil belajar yang hendak diukur dengan tes tersebut.
4. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam evaluasi pendidikan yang menyangkut hasil belajar, kita mengenal ada empat macam kegunaan tes, yaitu: (1) tes untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu (placement test); (2) tes untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif); tes untuk mengukur atau menilai sampai di mana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan, dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang bersangkutan (test sumatif); dan (4) tes untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa (test diagnostik).
5. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik. Suatu alat evaluasi dikatakan andal (reliable) jika alat tersebut dapat menghasilkan suatu gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan andal (memiliki keandalan yang tinggi) jika tes itu dilakukan berulang-ulang terhadap objek yang sama, hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.
6. Digunakan untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri (evaluasi formatif).

C. Analisis Butir Soal
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur bila memenuhi persyaratan tes. Adapun persyaratan tes yang baik adalah valid, reliabel, mempunyai daya pembeda dan tingkat kesukaran soal yang baik.

D. Analisis Validitas
Persyaratan tes yang paling utama adalah valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Sudijono, 2001: 182).
Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat penilaian tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Arikunto (2002: 67) menjelaskan adanya empat bentuk validitas yaitu: validitas isi, validitas konstruksi, validitas yang ada sekarang, dan validitas prediksi.
Sebuah tes disebut memiliki validitas isi apabila tes tersebut mengukur kompetensi dasar tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, sehingga dapat mengukur kompetensi yang diharapkan tercapai setelah materi disampaikan kepada siswa. Alat tes yang dianggap layak dan dapat dipertanggungjawabkan validitas isinya apabila dalam penyusunannya berdasarkan pada tabel kisi-kisi pembuatan soal.
Validitas isi hendaknya merujuk pada kesesuaian antara butir-butir soal dengan kompetensi dasar dan standar kompetensinya. Karena kompetensi dasar maupun standar kompetensinya tersebut tercantum pada tabel kisi-kisi sehingga tidak salah apabila dikatakan bahwa penyusunan butir-butir soal yang berdasarkan pada tabel kisi-kisi dianggap layak dan dapat dipertanggungjawabkan validitas isinya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tes yang disusun tidak boleh keluar dari standar kompetensi mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum.
Sedangkan tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir (ingatan, pemahaman dan aplikasi) seperti yang disebutkan pada indikator dalam tabel kisi-kisi.
Validitas isi dan validitas konstruksi ini digolongkan ke dalam validitas logis atau validitas rasional (Arikunto, 2002: 66). Untuk mengetahui tingkat validitas rasional dapat dilakukan dengan mengadakan analisis rasional, yaitu analisis berdasarkan pikiran-pikiran yang logis bahan-bahan apa yang perlu dikemukakan dalam suatu tes. Jika penganalisaan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya indikator yang ingin dicapai, maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang valid dari segi susunannya atau telah memiliki validitas isi maupun validitas konstruksi. Pengujian validitas isi maupun validitas konstruksi dari suatu tes dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar tersebut dilaksanakan (Sudijono, 2006: 167).
Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistiknya, ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor total di sini berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variable).
Untuk sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid atau tidak, kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya, yaitu teknik korelasi point biserial. Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Validitas yang dimaksud di sini adalah validitas butir. Validitas butir adalah butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal tes tersebut dalam mencapai skor seluruh tes. Validitas butir dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi point biserial. Korelasi ini untuk menguji validitas butir tes dengan skor benar 1 dan skor salah 0, atau data dikotomi asli melawan data interval. Sementara jika data dikotominya tidak asli tetapi artificial melawan data interval, rumus yang digunakan adalah korelasi biserial. Rumus dari korelasi point biserial adalah:

Keterangan:
rpbi : Koefisien Korelasi point biserial
M p : Rerata skor siswa yang menjawab benar
M t : Rerata skor siswa total
p : Proporsi skor siswa yang menjawab benar
q : Proporsi skor siswa yang menjawab salah
SD t : Standar deviasi total

E. Analisis Reliabilitas
Syarat tes yang kedua adalah reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur yang baik adalah alat pengukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi, artinya setiap kali alat pengukur digunakan untuk mengukur hal yang sama, maka hasil pengukurannya tetap (Nasoetion, 1993:103).
Reliabilitas suatu tes pada hakikatnya menguji keajegan pertanyaan tes yang didalamnya berupa seperangkat butir soal apabila diberikan berulangkali pada objek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relative sama (Arikunto, 2001: 86 ). Yang sering ditangkap kurang tepat bagi pembaca adalah adanya pendapat bahwa “ajeg” atau “tetap” diartikan sebagai “sama”. Di sini ajeg atau tetap tidak selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Tentu saja tidak dituntut semuanya tetap. Besarnya ketetapan itulah yang menunjukkan tingginya reliabilitas suatu tes. Sehubungan dengan reliabilitas ini, menyatakan bahwa persyaratan bagi suatu tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Menurut Arikunto (2001: 90), untuk melakukan analisis reliabilitas suatu tes dapat digunakan beberapa metode yaitu: metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest-method), dan metode belah dua (split-half-method). Rumus yang
digunakan untuk mencari reliabilitas dan banyak digunakan orang ada dua rumus yaitu rumus KR-20 dan rumus KR-21. Reliabilitas suatu tes dapat tinggi dapat pula rendah karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya reliabilitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya reliabilitas adalah : luas tidaknya sampling yang diambil, perbedaan bakat dan kemampuan murid yang dites serta suasana dan kondisi testing. Jika jumlah soal ganjil maka tidak mungkin dengan belah dua tetapi harus dengan rumus yang lain, yaitu yaitu rumus KR-20 dan rumus KR-21.
Rumus KR-20 digunakan untuk menghitung reliabilitas speedy test, yaitu tes kecepatan. Sedangkan rumus KR-21 lebih tepat digunakan untuk power test yang memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menampilkan kemampuannya secara maksimal. Prosedur menghitung reliabilitas dilakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam satu tes dengan butir-butir lainnya dalam tes itu sendiri secara keseluruhan.

F. Analisis Tingkat Kesukaran
Adapun syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah soal harus memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik. Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul suatu soal (Slameto, 2001: 218). Makin besar tingkat kesukaran berarti soal itu makin mudah demikian juga sebaliknya yaitu makin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu makin sukar.
Untuk menghitung besarnya tingkat kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
TK = Tingkat Kesukaran
SA = Jumlah skor yang dicapai kelompok atas
SB = Jumlah skor yang dicapai kelompok bawah
n = Jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
maks = skor maksimal soal yang bersangkutan bila dijawab sempurna


Adapun klasifikasi indeks tingkat kesukaran butir soal (Arikunto, 2001: 210) adalah sebagai berikut:
0,00 - 0,29 = soal sukar
0,30 - 0,69 = soal sedang
0,70 – keatas = soal mudah

G. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah sedemikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul (Anas Sudijono, 2001: 386).
Rumus yang digunakan untuk mencari indeks daya pembeda adalah:


keterangan:
DP = Daya Pembeda
SA = Jumlah skor yang dicapai kelompok atas
SB = Jumlah skor yang dicapai kelompok bawah
n = Jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
maks = skor maksimal soal yang bersangkutan bila dijawab sempurna
½ = angka konstan

Klasifikasi daya pembeda adalah:
0,40- keatas = baik
0,21-0,39 = kurang
0,20- kebawah = jelek

H. Analisis Ketuntasan Belajar
Ketuntasan Belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Ketuntasan belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes.
Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh peran dan strategi guru dalam pembelajaran. Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan dan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran dianggap berhasil bila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut mampu menguasai tujuan pembelajaran minimal 65%.(Mulyasa, 2004: 99).
Analisis ketuntasan belajar tujuannya yaitu :
1) Untuk mengetahui sejuh mana setiap siswa menyerap materi yang diberikan guru berdasarkan satuan pelajaran atau rencana pembelajaran.
2) Untuk mengetahui materi yang diserap secara baik dan materi mana yang belum
3) Untuk mengetahui keberhasilan suatu program yang dituangkan dalam rencana pembelajaran.

I. Teknik Mengolah dan Mengubah Skor Menjadi Nilai
Sebelum sampai pada pembicaraan tentang teknik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes belajar menjadi nilai standar, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan antara skor dan nilai. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kadang – kadang orang menganggap bahwa skor dan nilai sama, padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.
Skor adalah hasil memberikan angka yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka – angka bagi setiap butiran persolan oleh testee (siswa) telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang melambangkan : seberapa jauh atau sberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh guru terhadap materi atau bahan yang telah diteskan, sesuai dengan tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai juga melambangkan penghargaaan yang yang diberikan oleh pendidik kepada peseta didik atas jawaban betul yang diberikan oleh pendidik dalam tes hasil belajar.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk sampai kepada nilai, maka skor – skor hasil tes yang pada hakikatnya masih merupakan skor – skor mentah itu perlu diolah terlebih dahulu sehingga dapat diobservasi menjadi skor yang sifatnya baku atau standar.
Ada dua hal yang perlu dipahami dalam mengubah skor mentah menjadi nilai skor standar ini :
1. Bahwa dalam mengolah dan mengubah skor mentah menjadi nilai standar ada dua pendekatan, yaitu :
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu mengolah atau mengubah skor mentah menjadi nilai standar dengan mengacu pada taraf penguasaan siswa terhadap soal yang diteskan.
B. Penilaian Acuan Norma (PAN), yaitu mengubah dan mengolah skor menjadi nilai standar, dengan mendasarkan pada skor-skor kelompoknya, yaitu mean dan standar deviasinya.
2. Bahwa dalam mengubah dan mengolah skor menjadi nilai standar itu dapat menggunakan skala, yaitu skala lima yang dikenal dengan nilai huruf A, B, C, D, dan E, sekala sembilan yang rentang nilainya bergerak dari 1 sampai 9, skala sebelas, angkanya bergerak dari 0 sampai 10, z scor dan T scor.









BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Teknik Pengujian Validitas Item Tes
1. Tes Bentuk Uraian ( Essai )
Skor Hasil Tes Uraian

No Nama Skor untuk item nomor: Xt
1 2 3 4 5
1 Ade Wahyudi 1 6 5 8 5 25
2 Ade Rif’at 6 6 7 8 6 33
3 Ade Sam’un 6 8 8 4 4 30
4 Adi Surya 6 8 6 4 5 29
5 Ahmad Baidowi 6 1 8 5 8 28
6 Ahmad Saiman 1 8 8 6 8 31
7 Atoullah 6 3 7 4 3 23
8 Ayatullah 10 8 8 6 6 38
9 Hafidz 6 6 5 4 6 27
10 Nurlatifah 6 8 5 8 8 35
11 Nurhalimah 5 6 6 5 4 26
12 Alfin Rizqi Ruhyat 6 10 10 4 5 35
13 Wahyudi 5 4 3 4 3 19
14 Rohman Hardiyanto 8 10 5 5 4 32
15 M Nazmudin 6 2 5 6 6 25
16 Qomarunazmi 6 8 8 5 4 31
17 Sailah 5 2 6 4 6 23
18 Yayan Afyanti 6 8 8 8 8 38
19 Yeni Yusniati 6 8 6 4 5 29
20 Umi Kulsum 6 3 6 5 3 23
21 Rosmeidalawati 2 4 6 5 2 19
22 Tati Ifana 6 2 5 4 5 22
23 Yuliyanti 4 10 10 5 2 31
24 Efayanti 5 6 4 6 4 25
25 Eva Asmalina Yulita 4 8 6 6 10 34










N = 35
=
176 ∑Xi2 =
219 ∑Xi 3 =
226
=
191
=
180
=
992

Analisis Validitas Uraian No 1

No Nama X Y X2 Y2 XY
1 Ade Wahyudi 1 25 1 625 25
2 Ade Rif’at 6 33 36 1089 198
3 Ade Samun 6 30 36 900 180
4 Adi Surya 6 29 36 841 174
5 Ahmad Baidowi 6 28 36 784 168
6 Ahmad Saiman 1 31 1 961 31
7 Atoullah 6 23 36 529 138
8 Ayatullah 10 38 100 1444 380
9 Hafidz 6 27 36 729 162
10 Nurlatifah 6 35 36 1225 210
11 Nurhalimah 5 26 25 676 130
12 Alfin Rizqi Ruhyat 6 35 36 1225 210
13 Wahyudi 5 19 25 361 95
14 Rohman Hardiyanto 8 32 64 1024 256
15 M Nazmudin 6 25 36 625 150
16 Qomarunazmi 6 31 36 961 186
17 Sailah 5 23 25 529 115
18 Yayan Afyanti 6 38 36 1444 228
19 Yeni Yusniati 6 29 36 841 174
20 Umi Kulsum 6 23 36 529 138
21 Rosmeidalawati 2 19 4 304 38
22 Tati Ifana 6 22 36 484 132
23 Yuliyanti 4 31 16 961 124
24 Efayanti 5 25 25 625 125
25 Eva Asmalina Yulita 4 34 16 1156 136










N = 35
=
176
=
992
=
1034
=
28991
=
5109













Taraf signifikasi ditetapkan sebesar 5%, maka harga koefisien korelasi table pada N=35 adalah sebesar 0.334. dengan demikian, jika koefisien korelasi hitung ( = 0.335 ) dibandingkan dengan koefisien korelasi table ( = 0.334), maka = 0.335 > = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 1 tersebut signifikan atau valid
Analisis Validitas Uraian No 2

No Nama X Y X2 Y2 XY
1 Ade Wahyudi 6 25 36 625 150
2 Ade Rif’at 6 33 36 1089 198
3 Ade Samun 8 30 64 900 240
4 Adi Surya 8 29 64 841 232
5 Ahmad Baidowi 1 28 1 784 28
6 Ahmad Saiman 8 31 64 961 248
7 Atoullah 3 23 9 529 69
8 Ayatullah 8 38 64 1444 304
9 Hafidz 6 27 36 729 162
10 Nurlatifah 8 35 64 1225 280
11 Nurhalimah 6 26 36 676 156
12 Alfin Rizqi Ruhyat 10 35 100 1225 350
13 Wahyudi 4 19 16 361 76
14 Rohman Hardiyanto 10 32 100 1024 320
15 M Nazmudin 2 25 4 625 50
16 Qomarunazmi 8 31 64 961 248
17 Sailah 2 23 4 529 46
18 Yayan Afyanti 8 38 64 1444 304
19 Yeni Yusniati 8 29 64 841 232
20 Umi Kulsum 3 23 9 529 69
21 Rosmeidalawati 4 19 16 304 76
22 Tati Ifana 2 22 4 484 44
23 Yuliyanti 10 31 100 961 310
24 Efayanti 6 25 3 625 150
25 Eva Asmalina Yulita 8 34 64 1156 272










N = 35
=
219
=
992
=
1562
=
28991
=
6516














Taraf signifikasi ditetapkan sebesar 5%, maka harga koefisien korelasi table pada N=35 adalah sebesar 0.334. dengan demikian, jika koefisien korelasi hitung ( = 0.754 ) dibandingkan dengan koefisien korelasi table ( = 0.334), maka = 0.754 > = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 2 tersebut signifikan atau valid

Analisis Validitas Uraian No 3

No Nama X Y X2 Y2 XY
1 Ade Wahyudi 5 25 25 625 125
2 Ade Rif’at 7 33 49 1089 231
3 Ade Samun 8 30 64 900 240
4 Adi Surya 6 29 36 841 174
5 Ahmad Baidowi 8 28 64 784 224
6 Ahmad Saiman 8 31 64 961 248
7 Atoullah 7 23 49 529 161
8 Ayatullah 8 38 64 1444 304
9 Hafidz 5 27 25 729 135
10 Nurlatifah 5 35 25 1225 175
11 Nurhalimah 6 26 36 676 156
12 Alfin Rizqi Ruhyat 10 35 100 1225 350
13 Wahyudi 3 19 9 361 57
14 Rohman Hardiyanto 5 32 25 1024 160
15 M Nazmudin 5 25 25 625 125
16 Qomarunazmi 8 31 64 961 248
17 Sailah 6 23 36 529 138
18 Yayan Afyanti 8 38 64 1444 304
19 Yeni Yusniati 6 29 36 841 174
20 Umi Kulsum 6 23 36 529 138
21 Rosmeidalawati 6 19 36 304 114
22 Tati Ifana 5 22 25 484 110
23 Yuliyanti 10 31 100 961 310
24 Efayanti 4 25 16 625 100
25 Eva Asmalina Yulita 6 34 36 1156 204
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
N = 35
=
226
=
992
=
1614
=
28991
=
6603













Taraf signifikasi ditetapkan sebesar 5%, maka harga koefisien korelasi table pada N=35 adalah sebesar 0.334. dengan demikian, jika koefisien korelasi hitung ( = 0.537 ) dibandingkan dengan koefisien korelasi table ( = 0.334), maka = 0.537 > = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 3 tersebut signifikan atau valid.
Analisis Validitas Uraian No 4

No Nama X Y X2 Y2 XY
1 Ade Wahyudi 8 25 64 625 200
2 Ade Rif’at 8 33 64 1089 264
3 Ade Samun 4 30 16 900 120
4 Adi Surya 4 29 16 841 116
5 Ahmad Baidowi 5 28 25 784 140
6 Ahmad Saiman 6 31 36 961 186
7 Atoullah 4 23 16 529 92
8 Ayatullah 6 38 36 1444 228
9 Hafidz 4 27 16 729 108
10 Nurlatifah 8 35 64 1225 280
11 Nurhalimah 5 26 25 676 130
12 Alfin Rizqi Ruhyat 4 35 16 1225 140
13 Wahyudi 4 19 16 361 76
14 Rohman Hardiyanto 5 32 25 1024 160
15 M Nazmudin 6 25 36 625 150
16 Qomarunazmi 5 31 25 961 155
17 Sailah 4 23 16 529 92
18 Yayan Afyanti 8 38 64 1444 304
19 Yeni Yusniati 4 29 16 841 116
20 Umi Kulsum 5 23 25 529 115
21 Rosmeidalawati 5 19 25 304 95
22 Tati Ifana 4 22 16 484 88
23 Yuliyanti 5 31 25 961 155
24 Efayanti 6 25 36 625 150
25 Eva Asmalina Yulita 6 34 36 1156 204
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
N = 35
=
191
=
992
=
1117
=
28991
=
5516














Taraf signifikasi ditetapkan sebesar 5%, maka harga koefisien korelasi table pada N=35 adalah sebesar 0.334. dengan demikian, jika koefisien korelasi hitung ( = 0,401 ) dibandingkan dengan koefisien korelasi table ( = 0.334), maka = 0, 401 > = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 4 tersebut signifikan atau valid.
Analisis Validitas Uraian No 5

No Nama X Y X2 Y2 XY
1 Ade Wahyudi 5 25 25 625 125
2 Ade Rif’at 6 33 36 1089 198
3 Ade Samun 4 30 16 900 120
4 Adi Surya 5 29 25 841 145
5 Ahmad Baidowi 8 28 64 784 224
6 Ahmad Saiman 8 31 64 961 248
7 Atoullah 3 23 9 529 69
8 Ayatullah 6 38 36 1444 228
9 Hafidz 6 27 36 729 162
10 Nurlatifah 8 35 64 1225 280
11 Nurhalimah 4 26 16 676 104
12 Alfin Rizqi Ruhyat 5 35 25 1225 175
13 Wahyudi 3 19 9 361 57
14 Rohman Hardiyanto 4 32 16 1024 128
15 M Nazmudin 6 25 64 625 150
16 Qomarunazmi 4 31 16 961 124
17 Sailah 6 23 36 529 138
18 Yayan Afyanti 8 38 64 1444 304
19 Yeni Yusniati 5 29 25 841 145
20 Umi Kulsum 3 23 9 529 69
21 Rosmeidalawati 2 19 4 304 38
22 Tati Ifana 5 22 25 484 110
23 Yuliyanti 2 31 4 961 62
24 Efayanti 4 25 16 625 100
25 Eva Asmalina Yulita 10 34 100 1156 340
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
N = 35
=
180
=
992
=
1130
=
28991
=
5304












Taraf signifikasi ditetapkan sebesar 5%, maka harga koefisien korelasi table pada N=35 adalah sebesar 0.334. dengan demikian, jika koefisien korelasi hitung ( = 0.478 ) dibandingkan dengan koefisien korelasi table ( = 0.334), maka = 0.478 > = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 5 tersebut signifikan atau valid.


Hasil AnalisisValiditas Item

No. Item Koefisien Korelasi Hitung ( )
Koefisien Korelasi Tabel ( )
Interpretasi
1 0.335 0.334 Valid
2 0.754 0.334 Valid
3 0.537 0.334 Valid
4 0,401 0.334 Valid
5 0.478 0.334 Valid

2. Tes Bentuk Objektif
Korelasi Point Biserial
 Menyusun rekapitulasi jawaban siswa atau table penghitungan dalam rangka menganalisis validitas item no 1 sampai no 20 soal pilihan ganda dari 35 orang siswa sebagai berikut:

Rekapitulasi Jawaban Tes Prestasi Belajar Siswa
Tabel 1

No Nama Siswa Skor untuk no item Xt Xt2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 14 196
2 B 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 9 81
3 C 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12 144
4 D 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 11 121
5 E 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13 169
6 F 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 9 81
7 G 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15 225
8 H 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 11 121
9 I 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 10 100
10 J 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 12 144
11 K 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 12 144
12 L 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11 121
13 M 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 11 121
14 N 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 10 100
15 O 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 121
16 P 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 15 225
17 Q 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13 169
18 R 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 13 169
19 S 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 11 121
20 T 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7 49
21 U 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 11 121
22 V 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9 81
23 W 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 8 64
24 X 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 121
25 Y 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 64
26 Z 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 9 81
27 AB 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11 121
28 AC 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 12 144
29 AD 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 12 144
30 AE 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 10 100
31 AF 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 196
32 AG 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 64
33 AH 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 11 121
34 AI 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 14 196
35 AJ 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 256
N=35 18 18 16 22 11 28 9 33 13 26 28 26 13 16 28 17 21 23 7 21 394 4596
p 0,51 0,51 0,46 0,62 0,31 0,8 0,26 0,94 0,37 0,74 0,8 0,74 0,37 0,46 0,8 0,49 0,6 0,66 0,2 0,6
q 0,49 0,49 0,54 0,38 0,69 0,2 0,74 0,06 0,63 0,26 0,2 0,26 0,63 0,54 0,2 0,51 0,4 0,34 0,8 0,4


 Mencari Mean atau rata-rata dari skor total, dengan rumus:

 Mencari Standar Deviasi total dengan rumus:








 Menentukan Mean dari skor total yang dijawab benar (Mp)
Mean Skor Total
No Soal Siswa yang menjawab benar Mean dari skor total yang dijawab dengan benar (Mp)
1 D,E,G,H,J,P,Q,T,U,X,AB,
AC,AD,AE,AJ,AG,AI,AF 11+13+15+11+12+15+13+7+11+11+11+12+12+
10+14+8+14+16 = 227 : 18 =12,61
2 A,C,D,E,G,H,I,K,Q,R,U,V,
AB,AJ,AD,AG,AI,AC 14+12+11+13+15+11+10+12+13+13+11+9+11+
16+12+8+14+12 = 217 : 18 = 12,05
3 A,D,E,G,J,M,P,Q,R,S,Y,AD,
AF,AJ,AI,AH, 14+11+9+15+12+11+15+13+11+13+8+12+14+
11+16+14 = 199 : 16 = 12,44
4 A,E,F,H,J,K,L,N,O,Q,R,S,
T,V,Y,Z,AC,AD,AG,AJ,
AI,AH, 14+13+9+11+12+12+11+10+11+13+13+11+7+9+
8+9+12+12+8+11+16+14 = 246 : 22 = 11,18

5 A,B,C,G,I,M,P,V,AC,AJ,AF
14+9+12+15+10+11+15+9+12+14+14 = 135 : 11=12,27
6 A,B,C,D,E,F,G,J,K,M,N,O,
P,R,T,U,V,W,Y,Z,AB,AC,
AD,AF,AG,AJ,AI,AH 14+9+12+11+13+9+15+12+12+11+10+11+15+
13+7+11+9+8+8+9+11+12+12+14+8+16+14+11
= 317:28 = 11,32
7 B,I,M,O,P,U,V,AJ,AE
10+9+11+11+15+11+9+16+10 = 102:9 =11,33

8 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,
M,N,O,P,Q,R,ST,U,W,X,
Y,Z,AB,AC,AD,AG,AJ,AI,AH,
14+9+12+11+13+9+15+11+10+12+12+11+11+10+
11+15+13+13+11+7+11+8+11+8+9+11+12+12+14
+8+16+1411 = 375:33=11,36
9 D,F,J,N,O,P,X,Y,Z,AD,AE,AH,
AF,
11+9+12+10+11+15+11+8+9+12+10+11+14 =143:13=11
10 A,B,C,E,G,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,
R,S,U,W,Z,AB,AC,AF,AG,AH,
AI,AJ,
14+9+12+13+15+10+12+12+11+11+10+11+15+
13+13+11+11+8+9 +11+12+14+8+16+14+11 = 306:26=11,77

11 A,B,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,O,P,Q,
R,S,T,U,W,X,AD,AE,AG,AJ,
AI,AH,
14+9+11+13+9+15+11+10+12+12+11+11+11+
15+13+13+11+7+11+8+11+12+12+10+8+11+
16+14 =321:28=11,46

12 A,C,D,G,H,K,L,M,N,O,P,Q,R,U,
V,W,X,Z,AB,AC,AD,AE,AF,
AH,AJ,AI,
14+12+11+15+11+12+11+11+10+11+15+13+13+
11+9+8+11+9+11+12+12+10+14+11+14+16=
307:26=11,8

13 B,E,L,O,P,Q,S,U,Z,AB,AJ,
AE, AF
9+13+11+11+15+13+11+11+9+11+10+16+14=
154:13=11,85

14 A,C,D,E,F,G,I,K,L,P,R,S,T,
Y,AJ,AD,
14+12+11+13+9+15+10+12+11+15+16+11+7+
8+12+13 =189:16=11,81

15 A,B,C,E,F,G,H,I,K,L,M,O,Q,
R,S,T,U,V,W,X,Y,Z,AC,AE,
AF,AH,AI,AJ,
14+9+12+13+9+15+11+10+12+11+11+11+13+
13+11+7+11+9+8+11+8+9+12+10+14+11+16+14 =315:28=11,25
16 A,C,E,F,G,J,L,N, P,Q,S,X,
AE,AF,AJ,AI,AH, 14+12+13+9+15+12+11+10+15+13+11+11+10+
14+11+14+16 =211:17= 12,41
17 C,D,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,
W, X,Y,Z, ,AB,AD,AF, AI
12+11+15+14+10+12+12+11+11+10+11+15+13+
8+11+8+9+11+12+14+11 =241:21=11,48

18 C,D,E,G,H,I,K,N,P,Q,R,S,V,
W,X,AB,AC,AD,AE,AJ,AG,
AI,AF,
12+11+13+15+11+10+12+10+15+13+13+11+9+
8+11+11+12+12+10+16+8+14+14=
271:23=11,78

19 A,H,J,S,X,R, AB
14+11+12+13+11+11+11=83:7=11,86

20 A,B,C,E,G,H,K,L,M,N,J,R,U,
V,X,AB,AC,AE,AI,AH,AF,
14+9+12+13+15+11+12+12+11+11+10+13+11+
9+11+11+12+10+14+11+14=246:21=11,71

 Menentukan koefisien korelasi point baserial (rpbi) dari nomor 1 – 20, dengan rumus:
1.


Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.643. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.643 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 1 dinyatakan Valid.

2.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.377. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.377 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 2 dinyatakan Valid.

3.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.506. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.506 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 3 dinyatakan Valid.
4.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.371. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.371 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 4 dinyatakan Valid.

5.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.315. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.315 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 5 dinyatakan Invalid. 6. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.06. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.06 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 6 dinyatakan Invalid. 7. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.018. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.018 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 7 dinyatakan Invalid. 8. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.048. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.048 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 8 dinyatakan Invalid. 9. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.919. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.919 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 9 dinyatakan Valid.

10.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.406. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.406. > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 10 dinyatakan Valid.
11.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.18. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.18 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 11 dinyatakan Invalid. 12. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.23. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.23 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no12 dinyatakan Invalid. 13. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.217. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.217 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no13 dinyatakan Invalid. 14. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.239. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.239 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no14 dinyatakan Invalid. 15. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = -0.01. maka dapat diketahui bahwa rpbi = -0.01 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no15 dinyatakan Invalid. 16. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.529. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.529 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no16 dinyatakan Valid.

17.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.122. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.122 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no17 dinyatakan Invalid. 18. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.333. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.333 < r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no18 dinyatakan Invalid. 19. Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.14. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.14 > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no19 dinyatakan Invalid.
20.



Taraf signifikansi pada nilai r product moment = 0.334, sedangkan rpbi = 0.256. maka dapat diketahui bahwa rpbi = 0.256. > r tabel = 0.334. jadi kesimpulannya, soal no 20 dinyatakan Invalid.

 Interpretasi validitas item dengan terlebih dahulu menentukan taraf signifikansi pada nilai r product moment, dengan criteria:
 Jika rpbi > r table, maka soal tersebut dinyatakan valid, dan
 Jika rpbi < r table, maka soal tersebut dinyatakan invalid. Interpretasi Validitas Tes Objektif No. Soal Mp Mt SDt P q Interpretasi 1 12,61 11,26 2.13 0.51 0.49 rpbi = 0.643 > rt = 0.334 Valid
2 12,05 11,26 2.13 0.51 0.49 rpbi = 0.377 > rt = 0.334 Valid
3 12,44 11,26 2.13 0.46 0.54 rpbi = 0.506 > rt = 0.334 Valid
4 11,18 11,26 2.13 0.62 0. 38 rpbi = 0.371 > rt = 0.3341 Valid
5 12,27 11,26 2.13 0.31 0.69 rpbi = 0.315 < rt = 0.334 Invalid 6 11,32 11,26 2.13 0.8 0.2 rpbi = 0.06 < rt = 0.334 Invalid 7 11,33 11,26 2.13 0.26 0.74 rpbi = 0.018 < rt = 0.334 Invalid 8 11,36 11,26 2.13 0.94 0.06 rpbi = 0.048 < rt = 0.334 Invalid 9 11 11,26 2.13 0.37 0.63 rpbi = 0.919 > rt = 0.334 Valid
10 11,77 11,26 2.13 0.74 0.26 rpbi = 0.406 > rt = 0.334 Valid
11 11,46 11,26 2.13 0.8 0.2 rpbi = 0.18 < rt = 0.334 Invalid 12 11,8 11,26 2.13 0.74 0.26 rpbi = 0.23 < rt = 0.334 Invalid 13 11,85 11,26 2.13 0.37 0.63 rpbi = 0.217 < rt = 0.334 Invalid 14 11,81 11,26 2.13 0.46 0.54 rpbi = 0.239 < rt = 0.334 Invalid 15 11,25 11,26 2.13 0.8 0.2 rpbi = -0.01 < rt = 0.334 Invalid 16 12,41 11,26 2.13 0.49 0.51 rpbi = 0.529 > rt = 0.334 Valid
17 11,48 11,26 2.13 0.6 0.4 rpbi = 0.122 < rt = 0.334 Invalid 18 11,78 11,26 2.13 0.66 0.34 rpbi = 0.333 < rt = 0.334 Invalid 19 11,86 11,26 2.13 0.2 0.8 rpbi = 0.14 < rt = 0.334 Invalid 20 11,71 11,26 2.13 0.6 0.4 rpbi = 0.256 < rt = 0.334 Invalid B. Analisis Reliabilitas Soal 1. Tes Bentuk Uraian, dengan Rumus Alpha ☺ Menyajikan tabel rekapitulasi jawaban siswa dan menjumlahkan skor-skor yang dicapai oleh masing-masing siswa: Rekapitulasi Jawaban Siswa No Nama Skor untuk item nomor: 1 2 3 4 5 1 Ade Wahyudi 1 6 5 8 5 25 625 2 Ade Rif’at 6 6 7 8 6 33 1089 3 Ade Samun 6 8 8 4 4 30 900 4 Adi Surya 6 8 6 4 5 29 841 5 Ahmad Baidowi 6 1 8 5 8 28 784 6 Ahmad Saiman 1 8 8 6 8 31 961 7 Atoullah 6 3 7 4 3 23 529 8 Ayatullah 10 8 8 6 6 38 1444 9 Hafidz 6 6 5 4 6 27 729 10 Nurlatifah 6 8 5 8 8 35 1225 11 Nurhalimah 5 6 6 5 4 26 676 12 Alfin Rizqi Ruhyat 6 10 10 4 5 35 1225 13 Wahyudi 5 4 3 4 3 19 361 14 Rohman Hardiyanto 8 10 5 5 4 32 1024 15 M Nazmudin 6 2 5 6 6 25 625 16 Qomarunazmi 6 8 8 5 4 31 961 17 Sailah 5 2 6 4 6 23 529 18 Yayan Afyanti 6 8 8 8 8 38 1444 19 Yeni Yusniati 6 8 6 4 5 29 841 20 Umi Kulsum 6 3 6 5 3 23 529 21 Rosmeidalawati 2 4 6 5 2 19 361 22 Tati Ifana 6 2 5 4 5 22 484 23 Yuliyanti 4 10 10 5 2 31 961 24 Efayanti 5 6 4 6 4 25 625 25 Eva Asmalina Yulita 4 8 6 6 10 34 156 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 N = 35 = 176 ∑Xi2 = 219 ∑Xi 3 = 226 = 191 = 180 = 992 = 28048 ☺ Menghitung jumlah kuadrat setiap item: JK item 1 = 12 + 62 + 62 + 62 + 62 + 12 + 62 + 102 + 62 + 62 + 52 + 62 + 52 +82 +62 +62 + 52 + 62 + 62 + 62 + 22 +62 + 42 + 52 + 42 + 62 + 82 + 22 + 62 + 22 + 62 + 22 + 22 + 62 + 22 =1034 JK item 2 = 62 + 62 + 82 + 82 + 12 + 82+ 32 + 82+ 62 + 82 + 62 + 102 + 42 + 102 + 22 + 82 + 22 + 82 + 82 + 32 + 42 + 22 + 102 + 62 + 82 + 82 + 62 + 82 + 82 + 22 + 62 + 82 + 82 + 82 + 42 = 1595 JK item 3 = 52 +72 +82 +62 +82 +82 +72 +82 +52 +52 +62 +102 +32 +52 +52 +82 +62 +82 +62 +62 +62 +52 +102 +42 +62 +82 +82 +102 +102 +62 +82 +22 +62 +12 + 62 = 1614 JK item 4 = 82 +82 +42 +42 +52 +62 +42 +62 +42 +82 +52 +42 +42 +52 +62 +52 +42 +82 +42 +52 +52 +42 +52 +62 +62 +82 +42 +52 +42 +82 +52 +62 +82 +42 +62 = 1117 JK item 5 = 52 +62 +42 +52 +82 +82 +32 +62 +62 +82 +42 +52 +32 +42 +62 +42 +62 +82 +52 +32 +22 +52 +22 + 42 +102 +62 +02 +22 +62 +62 +42 + 82 +102 +32 + 52 = 1102 ☺ Menghitung varian setiap item: ☺ Menentukan jumlah varian seluruh item ☺ Menentukan varian total ☺ Menentukan koefisien reliabilitas ☺ Interpretasi reliabilitas tes uraian, dengan ketentuan:  Jika > 0.70 berarti tes uraian tersebut reliable
 Jika < 0.70 berarti tes uraian tersebut un-reliable Dengan demikian, karena angka koefisien reliabilitas di atas sebesar -1.03 < 0.70, maka tes tersebut dapat diinterpretasikan tidak reliable (un-reliabel) 2. Tes Bentuk Objektif a. Spearman Brown  Menyiapkan tabel perhitungan sebagai berikut: Analisis Reliabilitas Formula Spearman Brown Nama Siswa (Ganjil) (Genap) Ade Wahyudi 5 9 25 81 45 Ade Rif’at 5 4 25 16 20 Ade Samun 3 9 9 81 27 Adi Surya 5 6 25 36 30 Ahmad Baidowi 4 9 16 81 36 Ahmad Saiman 4 5 16 25 20 Atoullah 6 9 36 81 54 Ayatullah 5 6 25 36 30 Hafidz 5 5 25 25 25 Nurlatifah 6 6 36 36 36 Nurhalimah 3 9 9 81 27 Alfin Rizqi Ruhyat 4 7 16 49 28 Wahyudi 6 5 36 25 30 Rohman Hardiyanto 2 8 4 64 16 M Nazmudin 6 5 36 25 30 Qomarunazmi 8 7 64 49 56 Sailah 6 7 36 49 42 Yayan Afyanti 4 9 16 81 36 Yeni Yusniati 5 6 25 36 30 Umi Kulsum 3 4 9 16 12 Rosmeidalawati 5 6 25 36 30 Tati Ifana 3 6 9 36 18 Yuliyanti 3 5 9 25 15 Efayanti 6 5 36 25 30 Eva Asmalina Yulita 4 4 16 16 16 N = 35 = 164 = 230 = 836 = 1610 = 1075  Menghitung indeks korelasi ganjil genap dengan rumus product moment:  Menghitung koefisien reliabilitas ( ) dengan menggunakan rumus:  Menginterpretasikan koefisien reliabilitas ( ), yaitu dengan ketentuan: ~ Jika > 0.70 berarti tes uraian tersebut reliable
~ Jika < 0.70 berarti tes uraian tersebut un-reliabel
Dengan demikian, karena angka koefisien reliabilitas sebesar -0.09 < 0.70, maka dapat diinterpretasikan bahwa soal tersebut tidak reliable (un-reliabel)






C. Analisis Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal
Analisis Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal Uraian
1. Menyusun jawaban siswa dari skor tertinggi sampai skor terendah, sebgai berikut:
Kolom SA ( Jumlah skor yang dicapai kelompok atas)
No Nama Skor untuk item nomor: Xt
1 2 3 4 5
1 Desi Nurmalasari 10 8 8 6 6 38
2 M. Taufiq 6 8 8 8 8 38
3 Puza Fauziah 6 8 8 8 6 36
4 Desti Alvera 6 8 5 8 8 35
5 Harvany R. 6 10 10 4 5 35
6 Nurul Ulfah 4 8 6 6 10 34
7 Reza Maulana 6 8 10 4 6 34
8 Rosi Handayani 2 8 6 8 10 34
9 Anggini Dini P 6 6 7 8 6 33
10 Indah Resti Utami 8 10 5 5 4 32
11 Dea Utari 1 8 8 6 8 31
12 Ivan Kurniawan 6 8 8 5 4 31
13 Nadita Praditara 4 10 10 5 2 31
14 Ari Saputra 6 8 8 4 4 30
15 Dani Ramdani 6 8 6 4 5 29
16 Melani Indriani 6 8 6 4 5 29
17 Rohmat Maulana 6 6 8 5 4 29
95 138 127 98 101 559

Kolom SB ( Jumlah skor yang dicapai kelompok bawah )
No Nama Skor untuk item nomor: Xt
1 2 3 4 5
19 Desriangi 6 6 5 4 6 27
20 Ramdani 2 8 10 5 2 27
21 Eva Rasnawati 5 6 6 5 4 26
22 Puput Melati 8 6 8 4 0 26
23 Romi Feriyandi 2 8 2 6 8 26
24 Adam Budi S. 1 6 5 8 5 25
25 Indriani Rahayu 6 2 5 6 6 25
26 Neni Nuraeni 5 6 4 6 4 25
27 Rizki Maulana 2 2 6 8 6 24
28 Dicky Ari R 6 3 7 4 3 23
29 Linda Yuliani 5 2 6 4 6 23
30 Moh. Firman 6 3 6 5 3 23
31 Rosita 6 4 6 4 3 23
32 Muhammad Oki 6 2 5 4 5 22
33 Selfiana Farida 2 8 1 6 5 22
34 Hedi Wahidin 5 4 3 4 3 19
35 Muhammad Adrian 2 4 6 5 2 19
75 80 91 88 71 405

2. Menghitung Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran soal.

Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 1


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 2



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 3


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 4



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 5




3. Format penghitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal uraian adalah sebagai berikut:
No
Soal maks SA SB SA
+
SB SA
-
SB n n.maks Daya Pembeda (DP) Tingkat Kesukaran (TK)
Indeks Baik Krg Jlk Angka Md Sd Skr
1 10 95 75 170 20 34 340 0.12 √ 0.5 √
2 10 138 80 218 58 34 340 0.34 √ 0.64 √
3 10 127 91 218 36 34 340 0.21 √ 0.64 √
4 10 98 88 186 10 34 340 0.06 √ 0.55 √
5 10 101 71 172 30 34 340 0.18 √ 0.51 √


Analisis Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal Objektif
1. Menyusun jawaban dari skor tertinggi sampai skor terendah pada tabel berikut:
Kolom BA ( Jumlah jawaban benar kelompok atas)
No Nama Siswa No Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Selfiana Farida 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16
2 Dicky Ari R 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15
3 Ivan K 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 15
4 Adam Budi S 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 14
5 Rohmat M. 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14
6 Rosita 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 14
7 Doni Reynaldi 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13
8 Linda Yuliani 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13
9 M. Taufiq 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 13
10 Ari Saputra 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12
11 Desti Alvera 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 12
12 Eva Rasnawati 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 12
13 Ramdani 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 12
14 Reza Maulana 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 12
15 Dani Ramdani 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 11
16 Desi N. 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 11
17 Harvany R. 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11
12 13 11 12 7 14 2 17 5 14 15 15 6 11 13 11 12 14 4 12 220


Kolom BB (Jumlah jawaban benar kelompok bawah)
No Nama Siswa No Item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
19 Indriani R. 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11
20 Melani I 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 11
21 M. Adrian 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 11
22 Neni Nuraeni 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11
23 Puput Melati 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11
24 Rosi H. 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 11
25 Desriangi 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 10
26 Indah Resti 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 10
27 Rizki Maulana 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 10
28 Anggini Dini P 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 9
29 Dea Utari 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 9
30 M. Oki 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9
31 Puza Fauziah 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 9
32 Nurul Ulfah 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8
33 Nadita P. 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 8
34 Romi F. 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8
35 Moh. Firman 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7
6 5 4 10 3 13 6 15 8 11 12 10 7 5 14 6 8 9 3 8 284

2. Menghitung Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran soal.
Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 1


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 2



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 3


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 4



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 5


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 6






















Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 7


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 8



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 9


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 10



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 11


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 12



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 13


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 14



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 15


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 16



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 17


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 18



Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 19


Indeks Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal No 20




3. Format penghitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Objektif (pilihan ganda), adalah sebagai berikut:
No BA BB BA + BB BA - BB N DP TK
Indek Baik Krg Jlk Angka Md Sd Skr
1 12 6 18 6 34 0.35 √ 0.53 √
2 13 5 18 8 34 0.47 √ 0.53 √
3 11 4 15 7 34 0.41 √ 0.44 √
4 12 10 22 2 34 0.12 √ 0.65 √
5 7 3 10 4 34 0.24 √ 0.29 √
6 14 13 27 1 34 0.06 √ 0.79 √
7 2 6 8 -4 34 -0.24 √ 0.24 √
8 17 15 32 2 34 0.12 √ 0.94 √
9 5 8 13 -3 34 -0.18 √ 0.38 √
10 14 11 25 3 34 0.18 √ 0.74 √
11 15 12 27 3 34 0.18 √ 0.79 √
12 15 10 25 5 34 0.29 √ 0.74 √
13 6 7 13 -1 34 -0.06 √ 0.38 √
14 11 5 16 6 34 0.35 √ 0.47 √
15 13 14 27 -1 34 -0.06 √ 0.79 √
16 11 6 17 5 34 0.29 √ 0.5 √
17 12 8 20 4 34 0.24 √ 0.59 √
18 14 9 23 5 34 0.26 √ 0.68 √
19 4 3 7 1 34 0.06 √ 0.21 √
20 12 8 20 4 34 0.24 √ 0.59 √


D. Analisis Ketuntasan Belajar
Tes Bentuk Uraian ( Essai )
Skor Hasil Tes Uraian

No Nama Skor untuk item nomor: Xt
1 2 3 4 5
1 Adam Budi S. 1 6 5 8 5 25
2 Anggini Dini P 6 6 7 8 6 33
3 Ari Saputra 6 8 8 4 4 30
4 Dani Ramdani 6 8 6 4 5 29
5 Doni Reynaldi 6 1 8 5 8 28
6 Dea Utari 1 8 8 6 8 31
7 Dicky Ari R 6 3 7 4 3 23
8 Desi Nurmalasari 10 8 8 6 6 38
9 Desriangi 6 6 5 4 6 27
10 Desti Alvera 6 8 5 8 8 35
11 Eva Rasnawati 5 6 6 5 4 26
12 Harvany R. 6 10 10 4 5 35
13 Hedi Wahidin 5 4 3 4 3 19
14 Indah Resti Utami 8 10 5 5 4 32
15 Indriani Rahayu 6 2 5 6 6 25
16 Ivan Kurniawan 6 8 8 5 4 31
17 Linda Yuliani 5 2 6 4 6 23
18 M. Taufiq 6 8 8 8 8 38
19 Melani Indriani 6 8 6 4 5 29
20 Moh. Firman 6 3 6 5 3 23
21 Muhammad Adrian 2 4 6 5 2 19
22 Muhammad Oki 6 2 5 4 5 22
23 Nadita Praditara 4 10 10 5 2 31
24 Neni Nuraeni 5 6 4 6 4 25
25 Nurul Ulfah 4 8 6 6 10 34
26 Puza Fauziah 6 8 8 8 6 36
27 Puput Melati 8 6 8 4 0 26
28 Ramdani 2 8 10 5 2 27
29 Reza Maulana 6 8 10 4 6 34
30 Rizki Maulana 2 2 6 8 6 24
31 Rohmat Maulana 6 6 8 5 4 29
32 Romi Feriyandi 2 8 2 6 8 26
33 Rosi Handayani 2 8 6 8 10 34
34 Rosita 6 4 6 4 3 23
35 Selfiana Farida 2 8 1 6 5 22
N = 35
=
176 ∑Xi2 =
219 ∑Xi 3 =
226
=
191
=
180
=
992

Menghitung persentase setiap soal














E. Mengolah dan Mengubah Skor Mentah Menjadi Nilai Standar dengan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

20 soal Pilihan Ganda, bobotnya 1
5 soal Essai (uraian), bobotnya 10
Maka skor maksimal idealnya adalah:
= (20 x 1) + (5 x 10)
= 20 + 50
= 70
Setelah dikoreksi, dari 35 orang siswa peserta tes, diketahui skornya sebagai berikut:

39 40 38 46 30 45 43
42 38 46 36 31 37 34
42 49 30 51 39 39 45
40 37 42 40 36 46 37
41 47 36 30 42 34 38

Bila ke-35 skor diatas akan diolah menjadi nilai standar dengan:
a. Skala lima, pedoman konversinya adalah:
90/ 100 x 70 = 63 A 63 – ke atas = 0 Orang
80/ 100 x 70 = 56 B 56 – 62 = 0 Orang
65/ 100 x 70 = 45.5 C 45 – 55 = 9 Orang
55/ 100 x 70 = 38.5 D 38 – 44 = 15 Orang
E 0 – 37 = 11 Orang
Jumlah 35 Orang

b. Skala sembilan, pedoman konversinya adalah:
85/ 100 x 70 = 59.5 9 59 – ke atas = 0 Orang
75/ 100 x 70 = 52.5 8 52 – 58 = 0 Orang
65/ 100 x 70 = 45.5 7 45 – 51 = 6 Orang
55/ 100 x 70 = 38.5 6 38 – 44 = 14 Orang
45/100 x 70 = 31.5 5 31 – 37 = 12 Orang
35/ 100 x 70 = 24.5 4 24 – 30 = 3 Orang
25/ 100 x 70 = 17.5 3 17 – 23 = 0 Orang
15/ 100 x 70 = 10.5 2 10 – 16 = 0 Orang
1 0 – 9 = 0 Orang
Jumlah 35 Orang

c. Skala sebelas, pedoman konveersinya adalah:
95/ 100 x 70 = 66.5 10 66 – ke atas = 0 Orang
85/ 100 x 70 = 59.5 9 59 – 65 = 0 Orang
75/ 100 x 70 = 52.5 8 52 – 58 = 0 Orang
65/ 100 x 70 = 45.5 7 45 – 51 = 6 Orang
55/ 100 x 70 = 38.5 6 38 – 44 = 14 Orang
45/ 100 x 70 = 31.5 5 31 – 37 = 12 Orang
35/ 100 x 70 = 24.5 4 24 – 30 = 3 Orang
25/ 100 x 70 = 17.5 3 17 – 23 = 0 Orang
15/ 100 x 70 = 10.5 2 10 – 16 = 0 Orang
5/ 100 x 70 = 3.5 1 3 – 9 = 0 Orang
0 0 – 2 = 0 Orang
Jumlah 35 Orang

d.skala seratus (T-Scor)
T = 50+10z
z = X-X
Mean = ½ . SD = ½. 70 = 35
SD = 1/3. SD = 1/3.70 = 23.33
z39 = 39 - 35 = 51.71
23.33

Mengolah dan Mengubah skor Mentah Menjadi Nilai Standar dengan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

39 40 38 46 30 45 43
42 38 46 36 31 37 34
42 49 30 51 39 39 45
40 37 42 40 36 46 37
41 47 36 30 42 34 38

Tabel Distribusi Frekuensi :
Rang :


Banyak Kelas :
Panjang Kelas : P = R : K
= 22 : 6
= 3.7
= 4

No Kelas Interfal Turus



1 48 - 51 II 2 3 6 36
2 44 – 47 IIIII I 6 2 12 144
3 40 – 43 IIIII IIII 9 1 9 81
4 36 – 39 IIIII IIIII II 12 0 0 0
5 32 – 35 II 2 -1 -2 4
6 27 – 31 IIII 4 -2 -8 64

35 17 329

a. Skala lima, pedoman konversinya adalah:








41.46 + 1.5 . 9 = 54.96 A 54 – ke atas = 0 Orang
41.46 + 0.5 . 9 = 45.96 B 45 – 53 = 8 Orang
41.46– 0.5 . 9 = 41.01 C 41 – 44 = 6 Orang
41.46 – 1.5 . 9 = 27.96 D 27 – 40 = 21 Orang
E 0 – 26 = Orang
Jumlah 35 Orang
b. Skala sembilan, pedoman konversinya adalah:
41.46 + 1.75 . 9 = 57.21 9 57 – ke atas = 0 Orang
41.46 + 1.25 . 9 =52.71 8 52 – 56 = 0 Orang
41.46 + 0.75 . 9 = 48.21 7 48 – 51 = 2 Orang
41.46 + 0.25 . 9 = 43.71 6 43 – 47 = 7 Orang
41.46 – 0.25 . 9= 39.21 5 39 – 42 = 11 Orang
41.46 – 0.75 . 9= 34.71 4 34 – 38 = 11 Orang
41.46 – 1.25 . 9= 30.21 3 30 – 33 = 4 Orang
41.46 – 1.75 . 9= 25.71 2 25 – 29 = 0 Orang
1 0 – 24 = 0 Orang
Jumlah 35 Orang

c. Skala sebelas, pedoman konversinya adalah:
41.46 + 2.25 . 9= 61.71 10 61 – ke atas = 0 Orang
41.46 + 1.75 . 9 =57.21 9 76 – 60 = 0 Orang
41.46 + 1.25 . 9=52.71 8 52 – 75 = 0 Orang
41.46 + 0.75 . 9= 48.21 7 48 – 51 = 2 Orang
41.46 + 0.25 . 9= 43.71 6 43 – 47 = 7 Orang
41.46 - 0.25 . 9= 39.21 5 39 – 42 = 11 Orang
41.46 - 0.75 . 9=34.71 4 34 – 38 = 11 Orang
41.46 -1.25 . 9= 30.21 3 30 – 33 = 4 Orang
41.46 – 1.75 . 9= 25.71 2 25 – 29 = 0 Orang
41.46 – 2.25 . 9= 21.21 1 21 – 24 = 0 Orang
0 0 – 20 = 0 Orang
Jumlah 35 Orang

d.skala seratus (T-Scor)



Tabel Hasil Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Dan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

No Nama Siswa Skor Mentah Nilai Standar PAP Skala : Nilai Standar PAN Skala :
5 9 11 T 5 9 11 T
1 Adam Budi S 39 D 6 6 51.71 D 5 5
2 Anggini Dini 42 D 6 6 53 C 5 5
3 Ari Saputra 42 D 6 6 53 C 5 5
4 Dani Ramdani 40 D 6 6 52.17 D 5 5
5 Doni Reynaldi 41 D 6 6 52.61 C 5 5
6 Dea Utari 40 D 6 6 52.17 D 4 4
7 Dicky Ari R 38 D 6 6 51.3 D 5 5
8 Desi N 49 C 7 7 56.09 B 7 7
9 Desriangi 37 E 5 5 50.87 D 4 4
10 Desti Alvera 47 C 7 7 55.22 B 6 6
11 Eva Rasnawati 38 D 6 6 51.3 D 4 4
12 Harvany R 46 C 7 7 54.78 B 6 6
13 Hedi Wahidin 30 E 4 4 47.83 D 3 3
14 Indah Resti 42 D 6 6 53 C 5 5
15 Indriani R 36 E 4 4 50.43 D 4 4
16 Ivan K 46 C 7 7 54.78 B 6 6
17 Linda Yuliani 36 E 4 4 50.43 D 4 4
18 M. Taufiq 51 C 7 7 56.96 B 7 7
19 Melani 40 D 6 6 52.17 D 5 5
20 Moh. Firman 30 E 4 4 47.83 D 3 3
21 M. Adrian 30 E 4 4 47.83 D 3 3
22 M. Oki 31 E 4 4 48.26 D 3 3
23 Nadita P 39 D 6 6 51.71 D 5 5
24 Neni Nuraeni 36 E 4 4 50.43 D 4 4
25 Nurul Ulfah 42 D 6 6 53 C 5 5
26 Puza Fauziah 45 C 7 7 54.35 B 6 6
27 Puput Melati 37 E 4 4 50.87 D 4 4
28 Ramdani 39 D 6 6 51.7 D 5 5
29 Reza Maulana 46 C 7 7 54.78 B 6 6
30 Rizki Maulana 34 E 4 4 49.57 D 4 4
31 Rohmat M. 43 C 7 7 53.48 C 6 6
32 Romi F 34 E 4 4 49.57 D 4 4
33 Rosi H 45 C 7 7 54.35 B 6 6
34 Rosita 37 E 4 4 50.87 D 4 4
35 Selfiana F. 38 D 6 6 51.3 D 4 4





















BAB V
SIMPULAN


Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
 Kualitas butir soal uji coba bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Jatinangor apabila ditinjau dari analisis validitas butir uraian sudah sangat baik, yaitu semuanya Valid, sedangkan dari butir soal objektif kualitasnya jelek, yaitu terdapat 7 soal yang valid dari 20 soal.
 Kualitas butir soal uji coba bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Jatinangor apabila ditinjau dari analisis reliabilitas butir uraian yaitu tidak reliable (un-reliabel), karena angka koefisien reliabilitas sebesar -0.09 < 0.70, maka dapat diinterpretasikan bahwa soal tersebut tidak reliable (un-reliabel), dan begitu juga dengan soal bentuk objektif sama tidak reliable (un-reliabel), karena angka koefisien reliabilitas di atas sebesar -1.03 < 0.70, maka tes tersebut dapat diinterpretasikan tidak reliable (un-reliabel).
 Butir soal uji coba bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Jatinangor memiliki daya pembeda yang cukup. Sedangkan dari analisis tingkat kesukarannya, soal belum proporsional dan terlalu mudah.
 butir soal uji coba bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Jatinangor sudah dapat mengukur setiap kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai pada kisi-kisi pembuatan soalnya. Namun belum dapat menunjukkan ketuntasan siswa dalam pencapaian kompetensi dasar yang diharapkan pada uji coba soal tersebut.










DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (edisi revisi I). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
.2006. Prosedur Penelitian (edisi revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2005. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
http://ardiibnahmad.blogspot.com/2010_03_01_archive.html - _ftn1
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/p/index/assoc/HASH014e.dir/doc.pdf