Iman dan amal saleh sering disandingkan penyebutannya di dalam Al Qur-an. Ini bukan tanpa sengaja, melainkan sebagai sebuah isyarat bahwa iman itu harus sepadu padan dengan amal saleh. Iman identik dengan urusan hati. Sedangkan amal saleh adalah realisasi nilai-nilai keimanan yang diyakini. Iman tanpa amal saleh adalah iman yang palsu, sedangkan amal saleh tanpa iman adalah amal saleh yang keropos dan ditolak oleh Allah SWT (tidak mendapat credit point di sisi Allah SWT, sekalipun membawa maslahat bagi sesama). Iman adalah landasan amal saleh, dan amal saleh mengkonfirmasi (pengakuan) keimanan seseorang. Jadi iman dan amal saleh harus selalu sejalan beriringan.
Pemaknaan keimanan cenderung ajeg dan sudah mapan. Ini sesuai dengan 'watak'-nya sebagai fondasi atau landasan. Yang namanya fondasi itu pasti tetap. Fondasi bergerak, rubuhlah bangunan di atasnya. Sebaliknya, pemahaman tentang amal saleh seringkali dipersempit. Amal saleh lebih identik dengan (hanya) memberikan sedekah, melaksanakan shalat lima waktu, mengaji, ikut majelis taklim, menyingkirkan duri di jalan, kerja-kerja sosial, berpuasa, dan (paling top) melaksanakan ibadah haji. Padahal amal saleh jauh lebih luas lagi cakupannya. Tidak terhenti pada kegiatan-kegiatan tersebut.
Cukup menarik, mengamati pemikiran Hasan Al Banna (1906-1948, pendiri gerakan Islam "Ikhwanul Muslimin" di Mesir) mengenai amal saleh. Di dalam tulisannya yang berjudul "Risalah Ta'lim" beliau menguraikan dan merumuskan tahapan amal saleh yang lebih terstruktur, strategis, dan memiliki arah yang jelas dan tegas. Tahapan itu sebagai berikut:
1. Ishlahul Fardi, memperbaiki diri sendiri agar memiliki sepuluh karakter kepribadian yang saleh yaitu: aqidahnya lurus, ibadahnya benar, akhlaqnya solid, kuat (daya tahan) jasmaninya, cerdas berwawasan, mandiri secara ekonomi, rapi dalam setiap urusannya, mampu mengatur waktunya, bersungguh-sungguh dalam jiwanya, dan bermanfaat bagi sesamanya.
2. Takwinul baitil muslim, membina rumah tangga yang Islami.
3. Irsyadul mujtama', membimbing masyarakat.
4. Tahrirul wathan, memerdekakan negeri dari segala bentuk penjajahan.
5. Ishlahul hukumat, memperbaiki pemerintahan.
6. I'dadul qiyadah, mempersiapkan kepemimpinan.
7. Ustadziyatul 'alam, menjadi guru atau pembimbing atau referensi peradaban.
Berbagai amal saleh seperti kegiatan-kegiatan yang disebutkan di atas, jika menilik pemikiran Hasan Al Banna, justru masih baru pada level awal dalam tahapan amal saleh yaitu Ishlahul Fardi (memperbaiki diri sendiri). Amal saleh tersebut masih terbatas pada diri sendiri. Masih di wilayah privat.
Amal saleh adalah perbuatan baik berlandaskan keimanan yang dilakukan dengan cara yang baik dan mendatangkan dampak yang baik pula. Amal saleh yang dilakukan secara personal akan membawa dampak kebaikan yang nyata bagi diri pribadi. Agar amal saleh membawa kebaikan nyata yang lebih luas lagi, maka lingkaran amal saleh harus diperluas dari wilayah privat ke wilayah keluarga, masyarakat atau komunitas, negara, hingga wilayah peradaban dunia. Amal saleh harus jadi gerakan yang massif.
Pemikiran tentang amal saleh yang ditawarkan oleh Hasan Al Banna ini membuka cakrawala berpikir kita bahwa dibutuhkan energi yang besar, stok keilmuan yang mumpuni, sinergi, dan kesinambungan gerakan untuk mewujudkan amal saleh. Ini bukan lagi wilayah personal, tapi sudah mondial. Perlu strategi yang kreatif, tajam, dan lincah untuk mewujudkannya. Betapa tidak sederhananya amal saleh (dalam tatanan global), kalau begitu !
Konsepsi amal saleh seperti ini adalah sebuah keniscayaan untuk merealisasikan cita-cita besar misi Islam: rahmatan lil 'alamin. Allah SWT berfirman dalam surat Al Anbiya ayat 107 :
"Dan tiadalah kami mengutusmu melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta."
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT membawa ajaran Islam dan menda'wahkannya agar mendatangkan (dan mengokohkan) rahmat bagi alam semesta. Diutusnya Rasulullah SAW dengan Islamnya dimaksudkan untuk memberi manfaat kebaikan yang sangat besar bagi seluruh manusia, di manapun juga, hingga akhir zaman. Inilah rahmatan lil 'alamin.
Rahmatan lil 'alamin ini cuma sekadar mission statement belaka jika tidak disokong oleh keimanan dan diwujudkan dengan perbuatan, yaitu amal saleh. Amal saleh yang mampu mewujudkan mission statement itu adalah amal saleh yang terstruktur, strategis, dan punya arah yang jelas. Jadi, misi rahmatan lil 'alamin ini bukan cuma sekadar perbuatan baik pribadi, tapi rangkaian perbuatan baik yang massif dan dirasakan oleh seluruh alam semesta.
Amal saleh dimulai dari diri sendiri hingga puncaknya: menjadi guru peradaban. Bangsa yang berperadaban tinggi adalah suatu bangsa yang bisa jadi pembimbing dan rujukan (referensi) bagi seluruh bangsa di dunia. Bangsa inilah yang akan memimpin peradaban manusia dan mewujudkan rahmatan lil 'alamin (kasih sayang atau kedamaian atau ketentraman bagi alam semesta). Untuk inilah Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia."
Sahabat,,,, Sahabat,,,,,,,,,,,,
Jangan Lupa ...... Tmbahkan Koment2 nya ??,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar