Nama : Panakawan
Bahan : Kayu lame , alba dll.
Ukuran : ± 50cm.
Sekilas Sejarah :
Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan wayang, baik
itu wayang kulit, wayang golek,
ataupun wayang orang sebagai kelompok penebar humor
untuk mencairkan suasana.
Istilah punakawan berasal dari kata pana yang bermakna
"paham", dan kawan yang bermakna "teman".
Maksudnya ialah, para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa,
namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan
seringkali mereka bertindak sebagai penasihat majikan mereka tersebut. Para panakawan versi Sunda bernama Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng.
Hal yang paling khas dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok
penebar humor di tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka
hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur
dan penasihat, adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka
di kala menderita kesulitan.
Misalnya, sewaktu Bimasena kewalahan menghadapi Sangkuni dalam
perang Baratayuda, Semar muncul memberi
tahu titik kelemahan Sangkuni. Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang bahasa dan istilah yang
mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan zamannya.
Namun hal itu seolah sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dipermasalahkan.
Misalnya, dalam pementasan wayang, tokoh Petruk mengaku
memiliki mobil atau handphone, padahal kedua jenis benda tersebut
tentu belum ada pada zaman pewayangan.
Nama : PANDAWA LIMA
Bahan : Kayu Lame, Alba
, dll.
Ukuran : Bima (± 75cm)
Yudhistira, arjuna, nakula, sadewa (± 60cm)
Sekilas Sejarah :
1. PRABU YUDHISTIRA
PRABU
YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani,
sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan
belantara yang sangat angker. Prabu Yudhistira mempunyai dua saudara kandung
masing-masing bernama ;Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan
Arya Dananjaya yang menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga
mempunyai dua saudara kembar lain ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat
tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di kesatrian
Baweratalun.Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala,
raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkawinan
tersebut ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi
istri Arjuna.Ketika hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat
daya kesaktian minyak Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan
Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani. Prabu Yudhistira
kemudian menyerahkan seluruh negara beserta istrinya kepada Puntadewa, sulung
Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Prabu Yudhistira kemudian
menjelma atau menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa bergelar Prabu
Yudhistira. Prabu Yudhistira darahnya berwarna putih melambangkan kesuciannya.
2. BIMA atau WERKUDARA
Dikenal pula dengan nama; Balawa,
Bratasena, Birawa, Dandunwacana, Nagata, Kusumayuda, Kowara, Kusumadilaga, Pandusiwi,
Bayusuta, Sena, atau Wijasena. Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara
Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara
Mandura. Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan
Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa. Bima
memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan
jujur. Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai
senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa
(kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji
Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji
Blabakpangantol-antol. Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan
kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati,
Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga.
Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh atau
kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping
Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem. Bima tinggal di kadipaten Jodipati,
wilayah negara Amarta. Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu
:
1. Dewi Nagagini,
berputra Arya Anantareja,
2. Dewi Arimbi, berputra
Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu,
berputra Arya Anantasena.
Akhir riwayat Bima
diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir
perang Bharatayuda.
3. ARJUNA
Adalah putra Prabu
Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita putri
Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima
bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu
adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara.
Sedangkan dua saudara
lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan Sadewa. Arjuna
seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain
menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi
Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa
Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Arjuna dijadikan jago kadewatan
membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas
jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar
Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara
lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali ( dari Bathara Kuwera
), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka
sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali ( dari Resi
Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai Sarotama, Keris Kiai
Baruna, Keris Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ), Terompet Dewanata, Cupu
berisi minyak Jayengkaton ( pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan
Pringcendani ) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian
yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin,
Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama
Arjuna juga memiliki
pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu ; Kampuh/Kain Limarsawo, Ikat
Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin
Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).
Arjuna juga banyak
memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta (pahlawan perang), Janaka
(memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning
Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi
(gesit trengginas), Palguna, Danasmara ( perayu ulung ) dan Margana ( suka
menolong ).
Arjuna memiliki sifat perwatakan
; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang
lemah.
Arjunaa memimpin
Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bhatarayuda,
Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Akhir riwayat Arjuna
diceritakan, ia muksa ( mati sempurna ) bersama ke-empat saudaranya yang lain.
4. NAKULA
Nakula dalam
pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang
daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu
Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Nakula lahir kembar
bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai
tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara
Mandura bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna. Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib. Nakula mahir
menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula
tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji
Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara
Mretani. Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu Panguripan atau
Air kehidupan” (tirtamaya) pemberian Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan
dapat menyimpan rahasia. Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta.
5. SADEWA
Dalam pedalangan Jawa
disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat
dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima atau bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan
permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan
Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula.
Sadewa juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan
Dewi Kunti, dari negara Mandura, bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan
Arjuna. Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa Tabib. Sadewa sangat mahir
dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus. Mahir menunggang kuda dan mahir
menggunakan senjata panah dan lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga
memiliki Aji Purnamajati pemberian
Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat
mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa. Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas
kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Sadewa tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta. Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati,
adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura
raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita,
Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari
perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/
Sidapaksa). Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara
Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistrira. Akhir riwayatnya di
ceritakan, Sahadewa mati moksabersama ke empat saudaranya.
Bahan : Kayu Lame, Alba
, dll.
Ukuran : ± 60cm
Sekilas Sejarah :
adalah kera
berbulu putih, ibunya adalah Dewi Anjani,sedangkan ayahnya adalah Batara
Guru. Pada saat Ramawijaya mengerahkan bala tentara kera
menyerbu Kerajaan Alengka untuk membebaskan Dewi Sinta yang
diculikDasamuka, Anoman bertindak sebagai salah satu
senapatinya. Batara Gurumemerintahkan Batara Bayu untuk
mengasuhnya.
Itulah sebabnya Anoman juga
diberi nama Bayusuta atau Bayutanaya, Maruti atau Marutasuta.
Sebagai putera angkat atau anak asuh Batara Bayu, Anoman mengenakan
kain Poleng Bang Bintulu Aji dan berkuku Pancanaka.Dalam
pewayangan ada sembilan tokoh yang merupakan ’saudara tunggal Bayu‘.Mereka
adalah Anoman, Bima, Wil Jajahwreka,Begawan
Maenaka,Liman Situbanda,Dewa Ruci,Garuda Mahambira, dan Naga
Kuwara. Anoman setelah
dewasa,diperintahkan Batara Guru turun ke dunia untuk mengabdi
pada Ramawijaya yang merupakan titisan Batara Wisnu.
Anoman menjumpaiRama dan Laksmana ketika
kedua ksatria itu sedang dalam perjalanan menuju kerajaan Alengka.
Saat itu Anoman sedang
diperintah Sugriwa,raja Guwakiskenda mencari
bantuan untuk mengalahkan Subali. Setelah Ramawijaya membunuh Resi
Subali,Sugriwabersedia membantu usaha Rama membebaskan Dewi
Sinta dengan mengerahkan bala tentara keranya. Pada waktu Dewi Sinta disekap
di taman Argasoka, Alengka, Ramawijayamengutus Anoman untuk
menemui istrinya secara diam-diam. Anoman berhasil menyelundup
masuk dan bertemu muka serta menyampaikan pesan Ramawijayakepada Dewi
Sinta. Sesudah menunaikan tugasnya,Anoman kemudian membuat
huru-hara diAlengka.Dasamuka kemudian memerintahkan Indrajit,anaknya
untuk menangkapAnoman.
Dengan panah Nagapasa yang
berubah menjadi ribuan ular yang melilitnya,Anoman berhasil
diringkus. Dalam keadaan terikat Anoman lalu dibakar
hidup-hidup.Tetapi justru dengan bulunya yang terbakar itulah,Anoman berhasil
meloloskan diri sambil membakar istana Alengka. Pada waktu terjadi
penyerbuan ke Alengka,Anoman bertindak sebagai salah
satu senapatinya dan berhasil menindih tubuh Prabu Dasamuka dengan
gunung karena Raja Alengka itu selalu dapat hidup kembali
setelah terkena panah Ramawijaya. Dengan Dewi Sayempraba,Anoman mempunyai
anak berujud kera juga yang diberi nama Trigangga atau Triyangga.
Sedangkan dengan Dewi Purwati mempunyai anak bernama Purwaganti.
Anoman tua kemudian tinggal di pertapaan Kendalisada,dan
menjadi pertapa bernama Begawan Mayangkara. Anoman memang
ditakdirkan berumur panjang,karena mendapat tugas dari para Dewa untuk menjaga Prabu
Dasamuka. Raja Alengka ini tidak dapat mati karena
memiliki aji Pancasona yang diwarisinya dari Resi
Subali.Karena setiap kali mati,dan tubuhnya menyentuh bumi,ia akan hidup
kembali.
Nama : KUMBAKARNA
Bahan : Kayu Lame, Alba
, dll.
Ukuran : ± 90cm
Sekilas Sejarah :
Dalam wiracarita Ramayana, Kumbakarna (Sanskerta:
कुम्भकर्ण; Kumbhakarṇa) adalah saudara kandung Rahwana,
raja rakshasa dari Alengka. Kumbakarna merupakan seorang rakshasa yang
sangat tinggi dan berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering
menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu
tidur selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu
mengerahkan seluruh kekuatannya. Dalam bahasa
Sanskerta, secara harafiah nama Kumbhakarna berarti
"bertelinga kendi".
Ayah
Kumbakarna adalah seorang resi bernama Wisrawa, dan ibunya adalah Kekasi,
puteri seorang Raja Detya bernama Sumali. Rahwana,Wibisana dan Surpanaka adalah
saudara kandungnya, sementara Kubera, Kara, Dusana, Kumbini, adalah saudara
tirinya. Marica adalah
pamannya, putera Tataka, saudara Sumali. Kumbakarna memiliki putera bernama
Kumba dan Nikumba. Kedua puteranya itu gugur dalam pertempuran di Alengka.
Kumba menemui ajalnya di tangan Sugriwa,
sedangkan Nikumba gugur di tangan Hanoman.
Saat Rahwana dan
Kumbakrana mengadakan tapa, Dewa Brahma muncul
karena berkenan dengan pemujaan yang mereka lakukan. Brahma memberi kesempatan
bagi mereka untuk mengajukan permohonan. Saat tiba giliran Kumbakarna untuk
mengajukan permohonan, DewiSaraswati masuk ke dalam mulutnya untuk membengkokkan
lidahnya, maka saat ia memohon "Indraasan" (Indrāsan
–tahta Dewa Indra),
ia mengucapkan "Neendrasan" (Nīndrasan – tidur
abadi). Brahma mengabulkan permohonannya. Karena merasa sayang terhadap
adiknya, Rahwana meminta
Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Brahma tidak berkenan untuk
membatalkan anugrahnya, namun ia meringankan anugrah tersebut agar Kumbakarna
tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan. Pada saat ia menjalani
masa tidur, ia tidak akan mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Kumbakarna
sering memberikan nasihat kepada Rahwana,
menyadarkan bahwa tindakanya keliru. Ketika Rahwana kewalahan
menghadapi Sri Rama,
maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya. Kumbakarna sebenarnya tahu bahwa
kakaknya salah, tetapi demi membela Alengka tanah
tumpah darahnya dia pun maju sebagai prajurit melawan serbuan Rama. Kumbakarna sering
dilambangkan sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela
Alengka untuk segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja,
dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan
kewajiban.
Saat Kerajaan
Alengka diserbu oleh Rama dan sekutunya, Rahwana memerintahkan
pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang tertidur. Utusan Rahwana
membangunkan Kumbakarna dengan menggiring gajah agar menginjak-injak badannya
serta menusuk badannya dengan tombak, kemudian saat mata Kumbakarna mulai
terbuka, utusannya segera mendekatkan makanan ke hidung Kumbakarna. Setelah
menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna benar-benar terbangun dari
tidurnya.
Setelah
bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati Rahwana agar mengembalikan Sita dan menjelaskan
bahwa tindakan yang dilakukan kakaknya itu adalah salah. Rahwana sedih
mendengar nasihat tersebut sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap
bermusuhan dengan Rama,
Kumbakarna maju ke medan perang untuk menunaikan kewajiban sebagai pembela
negara. Sebelum bertarung Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana,
adiknya, setelah itu ia berperang dengan pasukan wanara.
Dalam
peperangan, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara dan
banyak melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman, Nila,
dan lain-lain. Dengan panah saktinya, Ramamemutuskan kedua
tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa menginjak-injak
pasukan wanara. Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna dengan panahnya.
Tanpa tangan dan kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan badannya dan melindas
pasukan wanara. Melihat keperkasaan Kumbakarna, Rama merasa terkesan dan kagum.
Namun ia tidak ingin Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Akhirnya Rama melepaskan
panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari
badannya dan membawanya terbang, lalu jatuh di pusat kota Alengka.
Bahan : Kayu Lame, Alba
, dll.
Ukuran : ± 75cm
Sekilas Sejarah :
Sarpakinaka (atau Bahasa Indonesia: Sarpanaka, Bahasa Jawa: Sarpakenaka)
adalah tokoh antagonis dari wiracarita Ramayana.
Ia adalah adik kandung Rahwana,
dan merupakan seorang rakshasi atau rakshasa wanita. Ia tinggal di Yanasthana,
pos perbatasan para rakshasa diChitrakuta.
Nama Sarpakinaka dalam bahasa Sanskerta berarti
"(Dia) Yang memiliki kuku jari yang tajam". Saat Sarpakinaka melewati
hutan, ia senang melihat Rama dan ingin dinikahinya. Dengan mengubah
wujudnya yang jelek menjadi seorang wanita cantik, ia mulai mendekati Rama dan
meminta untuk dinikahi. Rama menolak karena ia melaksanakan Eka patnivrataa atau menikah hanya sekali. Kemudian
Rama menyuruh Sarpakinaka agar merayu Laksmana yang lebih tampan. Setelah
meninggalkan Rama, ia berusaha menggoda Laksmana. Tetapi cintanya ditolak
karena Laksmana berkata bahwa ia adalah pelayan kakaknya, dan lebih baik
apabila Sarpakinaka menjadi istri kedua Rama dibandingkan menjadi istri pertama
Laksmana. Sarpakinaka yang mulai kesal, berusaha mencakar Sita yang memandangnya dengan sinis. Lalu
Rama melindungi Sita sementara Laksmana mengambil pedangnya. Saat Sarpakinaka menyerang Laksmana, pedang Laksmana melukai hidung rakshasi
tersebut. Akhirnya Sarpakinaka lari dan mengadu
kepada Kara. Setelah Kara tewas di tangan Rama, ia memprovokasiRahwana. Dalam pewayangan Jawa,
terdapat versi berbeda mengenai cerita Sarpakinaka saat dilukai
di tengah hutan. Sarpakinaka tidak menemui Rama,
namun langsung menggoda Laksmana.
Namun Laksmana menolak Sarpakinaka karena baunya
agak amis bagi seorang wanita cantik. Lalu ia marah dan hidungnya dilukai oleh
Laksmana. Akhirnya Sarpakinaka lari ke Alengka untuk memprovokasi kakaknya yang bernama Rahwana,
sampai menculik Dewi Sinta.
Bahan : Kayu Lame, Alba
, dll.
Ukuran : ± 65cm
Sekilas Sejarah :
Menurut mitologi Jawa, Batara Guru merupakan Dewa yang merajai kahyangan.
Ia merupakan perwujudan dari dewa Siwa yang mengatur wahyu,
hadiah, dan berbagai ilmu kepada para tokoh wayang lainnya. Batara Guru mempunyai sakti (istri) Dewi Uma,
dan mempunyai beberapa anak. Batara Guru merupakan satu-satunya wayang kulit
yang digambarkan dalam posisi menghadap ke depan, ke arah manusia. Hal ini
dapat dilihat dari posisi kakinya. Hanya saja karena berbentuk wayang, maka ia
menghadap ke samping. Wahana (hewan kendaraan) Batara Guru adalah
sang lembuNandini.
Batara Guru (Manikmaya) diciptakan dari cahaya yang gemerlapan oleh Sang Hyang Tunggal, bersamaan dengan
cahaya yang berwarna kehitam-hitaman yang merupakan asal jadinya Ismaya (Semar).
Oleh Hyang Tunggal, diputuskanlah bahwa Manikmaya yang berkuasa di Suryalaya,
sedangkan Ismaya turun ke bumi untuk mengasuh para Pandawa.
Adapun saat Batara Guru diciptakan, ia merasa paling sempurna dan tiada
cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu Hyang Tunggal
bersabda bahwa Manikmaya akan memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di
leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar
perkataan Hyang Tunggal, dan sabda beliau betul-betul terjadi. Suatu ketika
Manikmaya merasa sangat dahaga, dan ia menemukan telaga. Saat meminum air
telaga itu—yang tidak diketahuinya bahwa air tersebut beracun—lantas
dimuntahkannya kembali, maka ia mendapat cacad belang di leher. Diperhatikannya
kalau manusia ketika lahir amatlah lemah kakinya. Seketika, kakinya terkena
tulah, dan menjadi lemahlah kaki kiri Manikmaya. Saat ia bertengkar dengan
istrinya Dewi Uma, dikutuknya Manikmaya oleh Dewi Uma, agar ia bercaling
seperti raksasa,
maka bercalinglah Manikmaya. Sewaktu Manikmaya melihat manusia yang sedang
sembahyang yang bajunya menutupi tubuhnya, maka tertawalah Manikmaya karena
dikiranya orang itu berlengan empat. Maka seketika berlengan empatlah
Manikmaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar