Selasa, 10 Mei 2011

aRTI DAI fASISIME

Kata Pengantar Edisi 1969
Oleh George Lavan Weissman
Kaum liberal dan bahkan kebanyakan dari mereka yang menganggap dirinya Marxis bersalah atas penggunaan kata ‘fasis’ secara berlebihan seperti yang terjadi hari-hari ini. Mereka mengumbarnya sebagai label atau kutukan politis terhadap khususnya figur-figur sayap kanan yang mereka benci, atau terhadap kaum reaksioner secara umum.
Sejak Perang Dunia Kedua, label fasis telah dilekatkan pada figur-figur dan gerakan-gerakan seperti Gerald L. K. Smith, Senator Joseph McCarthy, Senator Eastland, Barry Goldwater, Minutemen, John Birch Society, Richard Nixon, Ronald Reagan, dan George Wallace.
Apakah mereka semuanya betul-betul fasis, atau beberapa saja? Jika hanya beberapa saja, lalu bagaimana orang bisa membedakannya?
Bebasnya penggunaan istilah fasis menunjukkan kekaburan makna dari istilah itu sendiri. Saat diminta untuk mendefinisikan fasisme, kaum liberal menjawab dengan istilah-istilah seperti kediktatoran, nerosis massa, anti-Semitisme, kekuatan propaganda jahat, efek hipnotik seorang orator jenius-sinting pada massa dan seterusnya. Impresionisme dan kebingungan kaum liberal bukanlah hal yang terlalu mengherankan. Berbeda dengan Marxisme yang mempunyai keunggulan untuk menganalisa dan membedakan fenomena sosial dan politik. Bahwasanya banyak dari mereka yang mengaku dirinya Marxis tak bisa mendefinisikan fasisme lebih baik dari kaum liberal bukanlah kesalahan mereka seluruhnya. Entah mereka sadar atau tidak, kebanyakan dari warisan tradisi intelektual mereka bersumber dari kubu sosial demokratik (sosialis reformis) dan gerakan-gerakan Stalinis, yang mendominasi kaum kiri di era 1930-an, yaitu pada saat fasisme meraih kemenangan demi kemenangan yang gemilang. Gerakan-gerakan ini tidak hanya mengizinkan Nazisme merebut kekuasaan di Jerman tanpa adanya satupun perlawanan yang berarti, namun juga gagal memahami sifat dan dinamika fasisme and cara untuk melawannya. Setelah kemenangan fasisme, mereka memiliki banyak hal yang harus disembunyikan dan maka dari itu mereka menarik diri dari usaha untuk membuat analisa Marxis yang, paling tidak, bisa mendidik generasi-generasi selanjutnya.
Akan tetapi, ada sebuah analisa Marxis tentang fasisme. Analisa ini dibuat oleh Leon Trotsky, bukan sesudah kehancuran Fasisme, namun dalam masa kejayaannya. Ini adalah salah satu sumbangsih Trotsky yang terbesar kepada Marxisme. Dia memulai pekerjaan ini sesudah kemenangan Mussolini di Italia pada tahun 1922 dan mempergencar usaha itu di tahun-tahun sebelum kemenangan Hitler di Jerman pada tahun 1933.
Dalam usahanya untuk membangkitkan Partai Komunis Jerman dan Komunis Internasional (Komintern) dari ancaman fatal dan menciptakan sebuah Front-persatuan melawan Nazisme, Trotsky membuat kritik komprehensif terhadap kebijakan-kebijakan kaum sosial demokrat dan partai-partai Stalinis. Karya ini merupakan peringatan atas posisi bunuh diri, tidak-efektif dan keliru yang dapat diambil oleh organisasi-organisasi buruh dalam menghadapi fasisme, karena posisi partai-partai di Jerman yang cuma berkisar dari oportunisme dan pengkhianatan dari pihak kanan (sosial demokratik) sampai kemandulan dan pengkhianatan ultra-kiri (Stalinis).
Gerakan Komunis masih dalam kondisi kemabukan ultra-kirinya (apa yang disebut sebagai Periode Ketiga) saat gerakan fasis mulai berkembang dengan pesat bak bola salju yang menggelinding. Bagi kaum Stalinis, setiap partai kapitalis secara otomotis adalah ‘fasis’. Yang lebih parah dari tindakan yang mendisorientasi kelas pekerja semacam ini adalah pernyataan terkenal dari Stalin bahwa fasisme dan sosial demokrasi adalah "kembar" dan bukan saling bertentangan. Atas dasar itu, kaum sosialis disebut sebagai ‘sosial fasis’ and dianggap sebagai musuh utama. Sebagai akibat dari langkah ini, pembentukan front persatuan dengan organisasi-organisasi sosial-fasis menjadi tidak dimungkinkan lagi, dan mereka yang menuntut front-front semacam itu, seperti halnya Trotsky, dituduh juga sebagai sosial fasis dan diperlakukan sebagaimana layaknya seorang sosial fasis.
Begitu jauhnya garis kaum Stalinis dari kenyataan bisa dilihat dari penerjemahan konsep ini dalam konteks Amerika. Pada pemilu tahun 1932, kaum Stalinis Amerika mengutuk Franklin Roosevelt sebagai kandidat fasis dan Norman Thomas sebagai kandidat sosial fasis. Apa yang konyol dalam konteks politik Amerika Serikat ini menjadi hal yang tragis dalam kasus Jerman dan Austria.
(Baru-baru ini [1969], istilah sosial fasisme mulai muncul lagi dalam artikel-artikel anggota gerakan kiri baru. Apakah mereka yang menggunakan istilah itu berfikir bahwa merekalah yang menciptakannya? Atau, jika mereka sadar akan sejarah, apakah mereka acuh tak acuh terhadap konotasi istilah tersebut?)
Setelah Nazi merebut kekuasaan, kaum Stalinis menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa garis politik mereka 100 persen benar, bahwa Hitler hanya dapat bertahan dalam beberapa bulan saja, dan bahwa Soviet Jerman akan bangkit sesudahnya. Batas waktu untuk keajaiban ini ternyata molor dari tiga, enam, sampai sembilan bulan, dan selanjutnya bualan-bualan itu menghilang dalam kebisuan. Tingkat kekalahan yang diderita kelas pekerja, yang merupakan sifat khusus dari fasisme, yang membedakannya dari rezim atau kediktatoran reaksioner lainnya, menjadi nyata untuk semua orang, dan ancaman terhadap Uni Soviet atau kehadiran imperialisme Jerman yang dipersenjatai kembali mulai menjadi nyata. Hal ini membawa perubahan dalam garis politik Moskow di tahun 1935 dan partai-partai Komunis di seluruh penjuru dunia berzigzag jauh ke kanan, bahkan ke posisi kanan kubu sosial demokrat. Ini adalah posisi mereka di hadapan bahaya fasis yang menyebar di Prancis dan Jerman.
Kehancuran militer fasisme Jerman dan Italia dalam Perang Dunia Kedua meyakinkan mayoritas orang bahwa fasisme telah dimusnahkan untuk selamanya dan didiskreditkan sampai titik di mana dia tak bisa menarik pengikut lagi. Peristiwa-peristiwa semenjak itu, khususnya kebangkitan kelompok dan tendensi fasis baru di hampir semua negara kapitalis, telah mementahkan harapan semacam itu. Ilusi bahwa Perang Dunia Kedua dilakukan untuk menjadikan dunia aman dari bahaya fasisme telah lenyap seperti ilusi sebelumnya bahwa Perang Dunia Pertama dilakukan untuk menjadikan dunia aman bagi demokrasi. Bibit fasisme merupakan karakter khusus di dalam kapitalisme; sebuah krisis dapat meningkatkannya ke level epidemik kecuali bila penanganan-penanganan yang drastis diterapkan atasnya.
Karena peringatan awal telah datang, kami menawarkan kompilasi baru ini — sebuah kumpulan kecil tulisan terpilih dari Trotsky mengenai fasisme – sebagai sebuah sumbangan bagi gudang senjata anti fasis.
Fasisme - Apakah itu?
Potongan-potongan surat Trotsky kepada seorang kamerad Inggris, 15 November 1931; dimuat di The Militant, 16 Januari.
Apakah fasisme itu? Istilah ini berasal dari Italia. Apakah semua bentuk kediktatoran kontra-revolusioner itu bisa disebut fasis? (Katakanlah sebelum kedatangan fasisme di Italia).
Kediktatoran Primo de Rivera di Spanyol, 1923-30, disebut sebagai kediktatoran kaum fasis oleh Komintern. Benarkah hal itu? Kami percaya bahwa pendapat itu salah.
Gerakan fasis di Italia adalah sebuah gerakan spontanitas massa yang masif, dengan para pemimpin baru yang berasal dari rakyat biasa. Gerakan fasis Italia berasal dari gerakan plebian (catatan: plebian berarti berasal dari rakyat biasa), disetir dan dibiayai oleh kekuatan borjuis besar. Fasisme berkembang dari kaum borjuis kecil, kaum lumpenproletar, bahkan pada tingkatan tertentu dari massa proletar; Mussolini, yang dulunya seorang sosialis, adalah seorang yang "tumbuh dan besar sendiri" dari gerakan ini.
Di lain pihak, Primo de Rivera adalah seorang aristokrat. Dia pernah menempati posisi birokrat dan militer tinggi dan pernah juga menjadi gubernur Catalonia. Dia meraih kesuksesannya dalam perebutan kekuasaan dengan bantuan negara dan militer. Kediktaturan Spanyol dan Italia adalah dua bentuk kediktaturan yang benar-benar berbeda. Adalah penting untuk membedakan keduanya. Mussolini mengalami kesulitan dalam merekonsiliasi institusi-institusi militer lama dengan milisi fasis. Masalah ini tidak dialami oleh Primo de Rivera.
Gerakan fasisme di Jerman secara umum lebih mirip dengan gerakan yang terjadi di Italia. Gerakan tersebut adalah gerakan massa, yang pemimpinnya banyak menggunakan demagogi sosialis secara luar biasa. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam pembentukan gerakan massa.
Basis asli (bagi fasisme) adalah borjuis kecil. Di Italia, mereka memiliki basis yang sangat luas - borjuis kecil perkotaan besar dan kecil, dan para petani. Di Jerman, serupa dengan di Italia, terdapat basis yang luas bagi fasisme...
Bisa dikatakan, dan ini benar di dalam beberapa hal, bahwa kelas menengah baru, fungsionaris negara, administrator swasta, dan sebagainya adalah basis dari fasisme di sana. Ini adalah pertanyaan baru yang harus dianalisa...
Dalam rangka memprediksi segala hal yang berhubungan dengan fasisme secara benar, adalah perlu untuk memiliki sebuah definisi tentang gerakan ini. Apakah fasisme itu? Apa saja yang menjadi dasar, bentuk, dan karakternya? Bagaimana dia akan berkembang? Semuanya perlu kita telaah dengan pendekatan Marxis dan ilmiah
Bagaimana Mussolini Meraih Kemenangannya
Diambil dari “Bagaimana Selanjutnya? Pertanyaan Vital bagi Kaum Proletar Jerman”, 1932
Saat sumber daya ‘normal’ militer dan polisi dalam kediktatoran borjuis, bersama dengan tabir parlementer mereka, sudah tak mampu lagi mempertahankan stabilitas masyarakat — keniscayaan rezim fasis telah tiba. Melalui agen fasis, kapitalisme menggerakkan massa borjuis kecil yang irasional dan kelompok-kelompok lumpenproletariat yang rendah dan terdemoralisasi – seluruh manusia yang telah digiring ke dalam kesengsaraan dan kemarahan oleh kapitalisme.
Dari fasisme, kaum borjuis menuntut sebuah pekerjaan yang menyeluruh; setelah selesai menggunakan perang sipil, kaum borjuis menuntut kedamaian untuk periode bertahun-tahun. Dan agen fasis, dengan menggunakan borjuis kecil sebagai alat penghancur, dengan menabrak semua halangan yang ada di jalannya, melakukan tugasnya dengan baik. Setelah fasisme menang, kapital finansial segera dan langsung memusatkan di tangannya semua organ dan institusi kekuasaan, eksekutif administratif, dan pendidikan negara; seluruh aparatus negara bersama dengan tentara, pemerintahan daerah, universitas-universitas, sekolah-sekolah, pers, serikat buruh, dan koperasi. Saat sebuah negara berubah menjadi fasis, bukan berarti hanya bentuk-bentuk dan metode-metode pemerintahan yang berubah sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh Mussolini — perubahan dalam lingkup ini pada akhirnya hanya berperan sangat kecil. Tapi yang pertama dan utama adalah dibinasakannya organisasi buruh; kaum proletar dihancurkan sampai tak berbentuk sama sekali; dan sebuah sistem administrasi diciptakan untuk menpenetrasi massa secara mendalam dan berfungsi untuk mengganggu kristalisasi independen kaum proletariat. Hal-hal tersebut adalah inti dari fasisme...
***
Fasisme Italia adalah hasil yang segera muncul dari pengkhianatan kaum reformis di saat kebangkitan kaum proletar Italia. Pada waktu (Perang Dunia Pertama) berakhir, terdapat tren naik dalam gerakan revolusioner Italia, dan pada bulan September 1920 gerakan tersebut berhasil melaksanakan penyitaan pabrik-pabrik dan industri-industri oleh para pekerja. Kediktaturan proletariat merupakan sebuah kenyataan pada saat itu; yang kurang saat itu adalah untuk mengorganisirnya dan mengambil darinya semua kesimpulan yang diperlukan. Kekuatan Sosial Demokrasi ternyata ketakutan dan loncat mundur. Setelah usahanya yang berani dan heroik, kaum proletar ditinggalkan begitu saja untuk menghadapi kekosongan. Terganggunya (terhentikannya) gerakan revolusioner ini dalam kenyataanya menjadi faktor yang terpenting di dalam perkembangan fasisme. Di bulan September, perkembangan revolusioner menjadi terhenti; dan bulan November menjadi saksi dari sebuah demonstrasi penting yang pertama dari kaum fasis (direbutnya Bologna).
[Catatan: kampanye kekerasan kaum fasis dimulai di Bologna pada tangggal 21 November 1920. Ketika anggota dewan dari kubu Sosial Demokratik, pemenang pemilihan daerah, muncul di balai kota untuk memperkenalkan walikota yang baru, mereka disambut dengan tembakan senapan yang membunuh 10 orang dan mencederai 100 lainnya. Kaum fasis menindak lanjutinya dengan "ekspedisi penghukuman" ke wilayah-wilayah pedesaan di sekitarnya yang merupakan daerah kubu "Liga Merah". "Skuadron Aksi" berseragam hitam dengan kendaraan yang disuplai oleh para tuan tanah besar mengambil alih desa-desa dengan serangan kilat, memukul dan membunuh petani-petani kiri dan pemimpin-pemimpin buruh, menghancurkan markas-markas organisasi radikal, dan meneror para penduduk. Didorong oleh kesuksesan mereka yang mudah, kaum fasis kemudian meluncurkan serangan dalam skala besar di kota-kota besar.]
Adalah benar bahwa kaum proletar, bahkan sesudah bencana September, masih mampu melaksanakan pertempuran defensif. Tapi kubu Sosial Demokrasi hanya peduli dengan satu hal: menarik para pekerja dari pertempuran dengan timbal balik konsesi. Kubu Sosial Demokrasi berharap bahwa sikap pasif kaum pekerja akan mengembalikan ‘opini publik’ kaum borjuis untuk melawan kaum fasis. Celakanya lagi, kaum reformis bahkan menggantungkan harapannya pada raja Victor Emmanuel. Sampai pada jam yang terakhir, mereka masih sekuat tenaga berusaha mencegah kaum pekerja untuk memerangi kelompok-kelompok Mussolini. Ini tidak menghasilkan apapun untuk mereka. Sang raja, bersama dengan lapisan atas borjuis, pindah ke pihak fasisme. Setelah menyadari pada momen terakhir bahwa kubu fasisme tak bisa dikontrol lagi, kubu Sosial Demokrat menyerukan kepada para pekerja untuk mengadakan mogok umum. Tapi pengumuman mereka menemui kegagalan. Kaum reformis sudah memlembabi bubuk mesiu ini terlalu lama karena takut bubuk mesiu ini akan meledak. Ketika mereka dengan tangan gemetar ingin membakar bubuk mesiu ini, bubuk tersebut tak mau terbakar.
Dua tahun sesudah kemunculan pertamanya, fasisme berkuasa penuh. Fasisme ini diuntungkan oleh fakta bahwa periode pertama dari kekuasannya ditandai dengan sebuah kondisi ekonomi yang positif, setelah masa depresi di tahun 1921-22. Kaum fasis menghancurkan massa proletar yang sedang mundur dengan mengerahkan massa borjuis kecil secara besar-besaran. Tapi hal tersebut tidaklah dicapai dengan sekali pukul. Bahkan sesudah dia meraih kekuasaan, Mussolini menjalankan pemerintahannya dengan hati-hati: karena belum adanya model pemerintahan fasis di masa itu. Selama dua tahun pertama, bahkan konstitusi tidak dirubah. Pemerintahan fasis mengambil bentuk karakter sebuah koalisi. Di tengah-tengah periode tersebut, kelompok-kelompok fasis sibuk bekerja dengan kayu pemukul, pisau, dan pistol. Hanya dengan demikian pemerintah fasis terbentuk secara perlahan-lahan, yang berarti pencekikan penuh bagi semua organisasi massa independen.
Mussolini mencapai semua itu dengan jalan membirokratiskan partai fasis. Setelah menggunakan kekuatan kaum borjuis kecil, fasisme mencekik mereka dengan cekikan negara borjuis. Mussolini tidak mungkin tidak melakukan hal tersebut, sebab kekecewaan dari massa yang dia sudah persatukan telah menjelma menjadi bahaya langsung yang paling besar didepannya. Berubah menjadi birokratis, fasisme hampir-hampir menyamai bentuk kediktaturan polisi dan militer. Fasisme tidak lagi memiliki dukungan sosial seperti sebelumnya. Bagian utama dari fasisme – borjuis kecil — telah tereduksi. Hanya kemandegan historis yang menyebabkan pemerintah fasis tetap mampu membuat kaum proletar dalam keadaan yang terpecah-pecah dan menyedihkan...
Dalam kasus Hitler, kaum sosial demokrasi Jerman secara politik tak mampu menambahkan apapun: yang dilakukannya hanya mengulang secara menjemukan apa yang telah dilakukan kaum reformis Italia dengan temperamen yang lebih besar. Kaum reformis Italia menjabarkan fasisme sebagai sebuah kegilaan paska perang; kaum reformis Jerman melihatnya sebagai bentuk ‘Versailles’ atau kegilaan akibat krisis. Dalam kedua kasus tersebut, kaum reformis menutup mata mereka terhadap karakter organik fasisme sebagai sebuah gerakan massa yang muncul dari kejatuhan yang dialami kapitalisme.
[Catatan: Perjanjian Versailles, dijatuhkan pada Jerman sesudah Perang Dunia Pertama; hal yang paling dibenci darinya adalah ganti rugi tanpa batas waktu yang harus diserahkan pada kubu Sekutu dalam bentuk ‘perbaikan’ bagi kerusakan dan kehilangan akibat perang. "Krisis" yang dimaksud pada paragraf di atas adalah depresi ekonomi yang menyapu dunia kapitalis setelah kolapsnya Wall Street di tahun 1929.]
Takut terhadap mobilisasi pekerja revolusioner, kaum reformis Italia menggantungkan semua harapannya pada ‘negara’. Slogan mereka adalah, ‘Tolong! Victor Emmanuel, tekanlah mereka!’ Kaum Sosial Demokrasi Jerman tidak memiliki sokongan demokratik seperti halnya sebuah monarki yang setia pada konstitusi. Mereka harus puas dengan seorang presiden – ‘Tolong! Hindenburg, tekanlah mereka!’
[Catatan: Marshal Paul von Hindenburg (1847-1934), jendral kaum Junker yang meraih ketenaran pada perang dunia pertama dan tak lama berselang menjadi presiden republik Weimar. Di tahun 1932, kaum sosial demokrat mendukungnya dalam pemilu ulang sebagai ‘yang tidak lebih jahat’ dibandingkan dengan Nazi. Hindenburgh menunjuk Hitler sebagai kanselir di bulan Januari 1933.]
Saat berperang melawan Mussolini, atau dalam kata lain saat mundur dari hadapan Mussolini, Turati mengangkat mottonya yang spektakular, "seseorang harus memiliki kedewasaan untuk menjadi seorang pengecut." [Filippo Turati (1857-1937), teoritikus reformis terkenal Partai Sosialis Italia.] Kaum reformis Jerman lebih sedikit serius dengan slogan-slogan mereka. Mereka menuntut "Keberanian dalam ketidakpopuleran" (Mut zur Unpopularitaet) – yang artinya sama saja. Seseorang harus berani melawan ketidakpopuleran yang disebabkan oleh kepengecutannya sendiri yang cuma menunggu kesempatan baik dari musuh.
Penyebab-penyebab yang sama akan menghasilkan efek-efek yang sama pula. Bila deretan peristiwa-peristiwa bertumpu pada kepemimpinan partai Sosial Demokrasi, karir Hitler bisa dipastikan menjadi lancar.
Namun kita harus mengakui bahwa Partai Komunis Jerman juga belajar sedikit dari pengalaman Italia.
Partai Komunis Italia terbentuk pada waktu yang hampir bersamaan dengan fasisme. Tetapi, kondisi-kondisi kemandegan revolusioner yang sama, yaitu yang membawa kaum fasis pada kekuasaan, terbukti menghambat perkembangan partai Komunis. Mereka tidak mengerti sepenuhnya akan bahaya fasisme; mereka menidurkan diri mereka sendiri dengan ilusi-ilusi revolusioner; mereka menentang secara kuat kebijakan front persatuan; singkatnya, mereka menderita penyakit kekanak-kanakan. Tidaklah mengejutkan! Umurnya hanyalah dua tahun. Dalam pandangan matanya, fasisme muncul hanya sebagai ‘reaksi kapitalis’. Partai Komunis Italia tidak bisa mengerti karakter-karakter khusus fasisme yang berasal dari mobilisasi borjuis kecil melawan massa proletar. Kecuali Gramsci, kawan-kawan Italia menginformasikan pada saya bahwa Partai Komunis bahkan tidak memperhitungkan adanya kemungkinan-kemungkinan perebutan kekuasaan oleh kaum fasis. Setelah revolusi proletar telah menderita kekalahan, setelah kapitalisme telah merebut posisinya dan kubu kontra revolusioner berkuasa, mana mungkin terdapat jenis kebangkitan kontra revolusioner yang lain? Bagaimana bisa kaum borjuis melawan dirinya sendiri! Inilah inti dari orientasi politik Partai Komunis Italia. Akan tetapi, seseorang haruslah melihat kenyataan bahwa fasisme Italia merupakan sebuah fenomena baru, yang sedang dalam proses pembentukan; adalah sulit, bahkan bagi sebuah partai yang lebih berpengalaman, untuk memahami karakter khusus fasisme.
[Catatan: Antonio Gramsci (1891-1937): seorang pendiri Partai Komunis Italia, dipenjarakan oleh Mussolini pada tahun 1926, meninggal dalam tahanan sebelas tahun kemudian. Dia mengirimkan surat dari dalam penjara, atas nama komite politik Partai Komunis Italia, memprotes kampanye Stalin melawan kubu Oposisi Kiri. Taglatti, sebagai wakil dari Italia di Komintern di Moscow saat itu, mensensor surat tersebut. Sepanjang era Stalin, memori tentang Gramsci dihapuskan secara sengaja. Dalam periode de-Stalinisasi, dia ‘ditemukan kembali’ oleh Partai Komunis Italia dan secara formal dinobatkan sebagai pahlawan dan martir. Sejak itu, banyak sekali pengakuan internasional terhadap tulisan-tulisan teoritikalnya, terutama catatan Gramsci dalam penjara.]
Kepemimpinan Partai Komunis Jerman sekarang mengulangi hampir secara harfiah posisi-posisi yang diambil oleh Partai Komunis Italia; fasisme tidak lain adalah reaksi kapitalis; dari sudut pandang kaum proletar, perbedaan antara tipe-tipe dari reaksi kapitalis adalah tidak penting sama sekali. Radikalisme vulgar seperti ini kurang bisa dimaafkan mengingat partai Komunis Jerman adalah lebih tua dibandingkan Partai Komunis Italia pada saat itu; dan juga, Marxisme saat ini telah diperkaya oleh pengalaman tragis di Italia. Menekankan bahwa fasisme sudah ada di sini atau menolak kemungkinan mereka merebut kekuasaan, secara politis berujung ke hal yang sama. Dengan mengabaikan sifat spesifik dari fasisme, kemauan untuk melawan fasisme akan menjadi lumpuh.
Pihak yang harus memikul tanggung jawab dari semua ini, tentu saja, adalah kepemimpinan Komintern. Dari semua orang, kaum komunis Italia seharusnya wajib untuk memperingatkan kaum Komunis Jerman. Tapi Stalin, bersama dengan Manuilsky, memaksa mereka untuk menyangkal pelajaran terpenting dari kehancuran mereka sendiri.
[Catatan: Dmitri Manuilsky (1883-1952): mengepalai Komintern dari 1929 sampai 1934; pemecatannya menandai perubahan dari ultra-kiri ke oportunisme periode Front Popular. Belakangan muncul di panggung diplomatik, sebagai delegasi untuk PBB.]
Kita juga telah mengamati dengan kecepatan seperti apa Ercoli melompat ke posisi sosial fasisme — dalam kata lain, ke posisi pasif menunggu kemenangan fasis di Jerman.
[Catatan: Ercoli. Nama pena komintern untuk Palmiro Togliatti (1893-1964). Mengepalai Partai Komunis Italia setelah pemenjaraan Gramsci. Dia mempertahankan semua garis zigzag komintern, tetapi setelah kematian Stalin dia mengkritisi pemerintahan Stalin bersama dengan karakter-karakternya yang masih berlanjut di Uni Soviet dan gerakan komunis internasional.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar